aku adalah aku

Kamis, 17 April 2008

riwayat hidup

RIWAYAT HIDUP

Iwan buana, dilahirkan di Pacitan pada Tanggal 10 Maret 1982, anak ke 2 dari 2 bersaudara dari pasangan Nurus Son’ani Amg dan Sobiyatun. Pendidikan Dasar sampai Menengah ditempuh di Pakis Baru Kecamatan Nawangan Kabupaten Pacitan Jawa Timur. Di SDN Pakis Baru I tamat pada tahun 1995, kemudian SLTPN 1 Nawangan tamat pada tahun 1998, SMUN 1 Nawangan tamat pada tahun 2001.

Pendidikan di Universitas Negeri Malang Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi pada tahun 2001 melalui jalur PMDK Reguler.

Pengalaman organisasi dan kejuaraan, Pada tahun 1998 menjadi atlet di Perguruan IKSPI Kera Sakti yang berpusat di Madiun dan menjadi anggota sabuk biru pada tahun 1999, dilanjutkan Sabuk Merah atau Pendekar pada tahun 2000, Organisasi yang pernah di ikuti sebagai Wakil ketua perguruan IKSPI Kera Sakti Ranting Nawangan periode 1999-2001 dan pelatih di Perguruan IKSPI Kera Sakti tahun 2000-2001.

Selama menempuh kuliah prestasi yang pernah diperoleh diantaranya: Pencetak Gol Terbanyak Turnamen Futsal Antar Mahasiswa Fakultas Sastra Open Tahun 2005, Juara III Turnamen Futsal Antar Mahasiswa Fakultas Sastra Open Bersama Klub PS. 70c Tahun 2005, selain itu menjadi panitia even-even olahraga kota Malang di antaranya, Panitia Malang Marathon Tahun 2001-2003, Lines Man Turnamen Bulu Tangkis Malang Pos Cup 2002-2003, Lines Man Bola Volly Turnamen Bola Volly Malang Open Rekor Muri Tahun 2004, Juara 2 Kejuaraan Silat Antar Mahasiswa Ilmu Keolahragaan Kelas D tahun 2003, pada tahun 2005 Bergabung Ikut Organisasi PSSI Pengcab Pasuruan Bidang Perwasitan dengan ikut penataran Wasit di Madiun Tahun 2005 dengan license C.III. dan mengikuti kursus wasit license C.II di suranaya pada akhir 2007 dengan predikat Baik.

Sekarang aktif di bidang perwasitan kota pasuruan dan mengajar di salah satu sekolah di kota pasuruan, di SMP Negeri 4 pasuruan dan di SMA negeri 2 pasuruan.

Pilih Sepatu Sesukamu


PILIH-PILIH
SEPATU LARI

Kini tak ada lagi sepatu olahraga multiguna; yang ada sepatu lari, sepatu tenis, sepatu sepakbola, sepatu voli, dll. Berikut ini panduan bagi Anda yang ingin membeli sepatu lari, yang sesuai dengan karakter kaki.

Lari itu olahraga yang tertua, termurah, dan paling sederhana. Tidak seperti olahraga golf yang harus memerlukan bola dan tongkat pemukul, atau sepakbola yang harus mengumpulkan orang lebih dari sepuluh serta memerlukan bola dan gawang. Lari hanya bermodalkan sepatu, kendati ada yang cekeran saja. Tempat pun tak menjadi masalah, bisa di sela-sela rindangnya hutan sekitar taman kota atau di halaman rumah.

Akan tetapi, setiap mengayunkan kaki dan tumit menjejak tanah, beban yang harus disangga tumit berkisar 3 - 5 kali berat badan Anda. Itu kalau berat badan Anda normal, kalau overweight beban tumit tentu semakin berat. Selain berat badan, kerasnya benturan yang dialami tumit sangat dipengaruhi oleh kualitas sepatu dan jenis permukaan tanah yang diinjak. Untuk menghindari cedera akibat lari, disarankan berlari di atas rumput, bata tumbuk (gravel), atau tanah berpasir.

Dalam hal memilih sepatu, banyak pertimbangan yang harus Anda ambil. Terlebih saat ini hampir semua pabrik sepatu mengklaim produk-produknya sebagai produk high-tech. Beberapa saran berikut mungkin bisa membantu dalam memperoleh sepatu yang sesuai dengan karakter kaki.

Langkah 1: Belilah sepatu yang benar-benar bagus kualitasnya. Ini sangat penting terutama bagi para pemula untuk memberikan kenyamanan terhadap guncangan, pengendalian gerakan, kelenturan, dan ketahanan. Memang, sebagai pemula Anda mungkin hanya akan berlari beberapa kilometer. Untuk itu, dalam benak Anda berpikir, mengapa tidak pakai sepatu yang sudah ada, seperti sepatu tenis atau sepatu karet lainnya?

Sikap permisif seperti itu hanya menguntungkan untuk jangka pendek. Selain itu, sikap awal dalam bertindak sangat menentukan langkah di kemudian hari. Seandainya Anda mendapat cedera dalam latihan awal tersebut, siapa ai lengkung kaki normal, 25% berlengkung tinggi, dan sisanya berlengkung rendah.

Untuk mengetahui ketinggian lengkung kaki, lakukan "tes basah" (wet test). Basahi telapak kaki dan buatlah jejak pada permukaan yang rata dan kering. Hasilnya bisa dibandingkan dengan gambar.

Langkah 4: Belilah sepatu yang sesuai. Jenis kaki dan tingkatan pronasi menentukan ciri-ciri sepatu lari Anda. Sepatu lari pada umumnya diproduksi dalam tiga bentuk yang saling berhubungan dengan tiga jenis telapak kaki seperti pada gambar tes basah. Bentuk sepatu dengan mudah bisa dilihat dengan membalikkannya dan melihat dasarnya. Bentuk-bentuk yang ada sebagai berikut:

  1. Bentuk lurus (straight shape), baik untuk kaki datar (flat foot) atau mereka yang melakukan pronasi berlebihan (overpronator).
  2. Bentuk lengkung (curved shape), sesuai untuk kaki lengkung (high-arched foot) atau mereka yang berkecenderungan melakukan pronasi kurang (underpronator).
  3. Bentuk agak lengkung, cocok untuk kaki normal (normal foot) atau mereka yang berpronasi normal (normal pronator).

Bila Anda bertapak datar dan overpronator, sepatu yang dipilih harus membuat kaki tidak bergulir terlalu jauh ke dalam. Sepatu yang sesuai adalah sepatu kendali gerak (motion-control shoes). Banyak sepatu jenis ini berbentuk lurus yang memberikan topangan maksimum bagi kaki. Ciri lainnya, post atau footbridge yang antipronasi, midsole yang agak keras, dan heel counter yang kuat.

Bagi mereka yang berlengkung kaki tinggi dan underpronate, penyerapan guncangan menjadi berkurang. Sepatu yang empuk adalah solusinya karena membantu kaki dalam bergulir ke arah dalam sehingga menyerap guncangan yang terjadi. Carilah sepatu yang ber-midsole empuk dan berbentuk lengkung (curved shape).

Beruntunglah yang berkaki dan berpronasi normal karena tak perlu mencari sepatu yang khusus. Pusatkan saja perhatian pada ukuran yang pas dan nyaman. Carilah sepatu yang berada di antara tipe-tipe sepatu di atas. Umumnya sepatu jenis ini disebut stability shoes.

Langkah 5: Carilah sepatu di toko khusus bagi pelari. Di beberapa negara maju, toko sepatu khusus sudah biasa. Di Indonesia memang masih jarang. Namun ada beberapa toko sepatu yang bisa membantu dalam memilihkan sepatu yang cocok sesuai dengan anatomi kaki calon pembeli. Mereka juga terbuka untuk konsultasi masalah sepatu dan kaki.

Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum membeli sepatu:

  1. Berbelanjalah pada sore hari (late afternoon) saat kaki memiliki ukuran yang paling besar.
  2. Dalam mencoba sepatu, pakailah kaus kaki.
  3. Pastikan kedua kaki terukur. Banyak orang yang ukuran kaki kiri dan kanan berbeda. Sepatu harus dipaskan dengan ukuran kaki yang terbesar.

Selain hal-hal di atas, Anda perlu mempersiapkan jawaban beberapa pertanyaan berikut yang biasanya ditanyakan oleh pegawai toko sepatu:

  1. Sudah berapa lama Anda berolahraga lari?
  2. Berapa jarak yang biasa Anda tempuh?
  3. Di mana Anda lari?
  4. Berapakah berat badan Anda?
  5. Apakah Anda memahami istilah-istilah seperti tapak datar, overpronate, dan underpronate?

Jawaban-jawaban tersebut sangat membantu pegawai toko dalam memilih model sepatu yang sesuai dan nyaman bagi Anda.

Langkah 6: Pastikan sepatu Anda pas di kaki. Sepatu yang pas akan terasa nyaman tetapi tidak ketat. "Satu hal yang bisa mencelakakan adalah membeli sepatu yang kekecilan," kata Tom Brunick, direktur testing sepatu atletik toko sepatu Athlete Foot. Sepatu lari yang baik harus setengah atau satu ukuran lebih besar daripada sepatu sehari-hari Anda.

Pedoman berikut mungkin bisa membantu dalam menentukan pas tidaknya sepatu yang Anda pakai:

  1. Periksa apakah ada cukup ruangan di atas ujung jari kaki dalam sepatu Anda. Masukkan ibu jari ke dalam ujung sepatu dan harus pas berada di atas jari kaki yang terpanjang.
  2. Periksa apakah ada cukup ruang di kiri-kanan kaki Anda. Sepatu tidak boleh ketat, tapi kaki Anda juga tidak boleh terpeleset ke sana-kemari.
  3. Tumit Anda harus nyaman berada di bagian belakang sepatu dan tidak boleh tergelincir turun-naik ketika berjalan atau berlari.
  4. Sepatu harus memegang kaki dengan aman, tetapi tidak boleh menekan dengan ketat pada daerah kaki mana pun.

Jika semua sudah Anda pahami, mengapa tidak langsung segera pergi ke toko sepatu? Ikatlah tali sepatu Anda dan segeralah berlari meraih tubuh yang bugar!

*penulis adalah salah satu guru pengajar pendidikan jasmani di SMPN 4 Pasuruan, serta aktif di PENGDA PSSI JATIM selaku wasit PENGDA.

Program Latihan Tolak peluru

PROGRAM LATIHAN TOLAK PELURU

Oleh Iwan Buana, S. Pd*

Program latihan untuk tolak peluru secara khusus/latihan bulanan dan mingguan

Contoh latihan selama satu minggu pada masa persiapan tahap pertama bagi atlit pemula adalah sebagai berikut:

SENIN 1). Latihan pemanasan 15-20 menit

2). Lari cross-country seenaknya 4-5km

3). Weight training, 30menit

SELASA 1). Latihan pemanasan 15-20menit

2). Loncat tali dan senam lantai/senam perkakas(alat) 20menit

3). Weight training, 30menit

4). Latihan teknik melempar, 10menit

RABU 1). Latihan pemanasan 15-20menit

2). Lari cross-country seenaknya 4-5km

3). Latihan awalan tolak peluru, 10menit

4). Latihan teknik lemparan, 20menit

KAMIS 1). Latihan pemanasan 15-20menit

2). Loncat tali, 10menit

3). Weight training, 30menit

4). Senam pelemasan dan penguluran, 20menit

JUM”AT 1). Latihan pemanasan 15-20menit

2). Weight training, 30menit

3). Latihan teknik melempar dengan menggunakan beban, 15menit

SABTU Istirahat

MINGGU Circuit Training*Terlampir

Contoh diatas adalah sebagian kecil program latihan pada minggu awal selanjutnya pada minggu berikutnya dapat ditingkatkan.

SENIN 1. Latihan pemanasan 15-20menit

2. Weight training, dengan barbell untuk otot-otot yang penting bagi tolak peluru 15menit

3. Latihan teknik tolak peluru tanpa awalan, menggunakan setengah kekuatan, 25-30kali lemparan mengutamakan teknik tolakan peluru yang benar.

4. Ditutup dengan lari seenaknya 1-2 keliling lapangan sepak bola.

SELASA 1. Latihan pemanasan 14-20menit

2. Lari 100meter 4-5kali

3. Latihan teknik tolak peluru tanpa awalan 25-30kali

4. Lompat jauh dengan tanpa awalan 6kali lompatan

5. Lari keliling lapangan seenaknya

RABU 1. Latihan pemanasan 14-20menit

2. Weight training dengan katrol 15 menit

3. Tolak peluru tanpa awalan menggunakan tenaga 80%, 20kali

4. Melatih awalan tanpa melempar, 6kali:dengan melempar 6kali, tidak menggunakan tenaga penuh, cukup dengan setengah kekuatan sebenarnya. Ditutup dengan lari seenaknya keliling lapangan.

KAMIS 1. Latihan pemanasan 15-20menit

2. Start lari 100meter, 5kali

3. Tolak peluru tanpa awalan 10kali

4. Latihan awalan tanpa peluru, mengutamakan gerakan awalan yang benar 10kali

5. Tolak peluru dengan awalan, menggunakan setengah kekuatan 10kali

6. Lari seenaknya kaliling lapangan sekali

JUM”AT 1. Latihan pemanasan 15menit

2. Lari interval 100m, 5kali

3. Latihan teknik tolak peluru dengan awalan, 30kali mengutamakan kelancaran awalan

4. Weight Training dengan dumbbell untuk penguatan pergelangan tangan dan jari-jari, 10menit

SABTU Istirahat

MINGGU Pencatatan hasil tolak peluru

SENIN 1. Latihan pemanasan 15menit

2. Sprint 60meter 8kali

3. Diskusi dan perbaikan teknik, melakukan 15kali awalan tanpa peluru, 15kali tolak peluru dengan setengah kekuatan

4. Lari seenaknya keliling lapangan 2kali

SELASA 1. Latihan pemanasan 15menit

2. Latihan tolak peluru tanpa awalan 10kali, dengan awalan 20kali mengutamakan kelancaran dalam luncuran peluru

3. Lari seenaknya keliling lapangan

RABU 1. Latihan pemanasan 15menit

2. Latihan tolak peluru tanpa awalan 15kali, dengan awalan 20kali mengutamakan kelancaran dalam luncuran peluru yang ajeg, tempat jatuhnya peluru diberi tanda yang menjadi sasaran dalam tolakan atau jatuhnya peluru

3. Weight Training 15-20menit

4. Lari seenaknya keliling lapangan 2kali

KAMIS 1. Latihan pemanasan 15-20menit

2. Lari interval 100m, 5kali

3. Tolak peluru tanpa awalan 5kali

4. Tolak peluru dengan menggunakan tenaga penuh dengan acuan lemparan terjauh sebagai sasaran

5. Circuit training*

JUM’AT 1. Latihan pemanasan 15-20menit

2. Latihan tolak peluru tanpa awalan 10kali, dengan awalan 20kali mengutamakan kelancaran dalam luncuran peluru yang ajeg, menggunakan sasaran

3. Lari seenaknya keliling lapangan sekali

SABTU Istirahat

MINGGU Berlomba atau pencapaian prestasi

Catatan : pada latihan pemanasan dapat dilakukan latihan tambahan yaitu dengan menggunakan latihan push-up menggunakan jari-jari tangan bukan telapak tangan.

Latihan ini disesuaikan dengan kebutuhan atlit karena program ini akan berbeda dengan atlet yang lain. Setiap setelah melakukan latihan diberi jarak tenggang waktu untuk istirahat guna untuk mempersiapkan atlit untuk latihan yang lain. Setiap hari pengulangannya adalah satu kali melakukan latihan terserah pelatih atau atlit yang ingin latihan apakah sore atau pagi hari.

*penulis adalah salah satu guru pengajar pendidikan jasmani di SMPN 4 Pasuruan, serta aktif di PENGDA PSSI JATIM selaku wasit PENGDA.

Prinsip dasar Latihan

PRINSIP DASAR LATIHAN PENGKHUSUSAN/SPESIALISASI

Oleh: Iwan Buana, S. Pd*

Suatu program latihan kapanpun dirancang untuk kelompok otot tertentu yang terlibat dalam suatu kegiatan dan untuk intensitas dan lamanya kegiatan tersebut, tidak cukup untuk menghasilkan kekuatan dan daya tahan otot yang khusus diperlukan untuk menguasai keterampilan tersebut, maka hal ini haruslah didukung dengan spesifikasi keterampilan tersebut, maka hal ini haruslah didukung dengan spesifikasi keterampilan pada atlet. Karena dengan adanya spesifikasi dapat diketahui jenis latihan apa saja yang diperlukan yang sesuai dengan spesialisasi pada diri atlet.­­­­­­

Maka hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa seorang atlet yang mempunyai spesialisasi dibidang tertentu akan mengalami/mendapatkan hasil yang maksimal, karena latihan yang digunakan disesuaikan dengan cabang olahraga yang digemari/andalan atlet tersebut. Misal: pemain sepakbola yang dalam kondisi yang sangat baik, memiliki kondisi yang kurang baik bila si atlet disuruh bermain bola basket, meskipun kenyataan menunjukkan bahwa kedua kegiatan ini melibatkan kelompok otot yang pada umumnya sama. Didalam sepakbola latihan anggota gerak bagian bawah yang sangat diutamakan sedangkan dalam bola basket anggota gerak bagian atas yang dominan dilatih, jelas disini bahwa latihan harus mencakup otot-otot yang khusus, yang akan digunakan sesuai dengan spesialisasi cabang olah raga yang di lakukan oleh atlet.

Latihan yang menggunakan otot-otot tubuh bagian atas tidak akan dapat meningkatkan penampilan dalam kegiatan seperti lari,ataupun bersepeda yang mencakup otot-otot anggota tubuh bagian bawah (Paup, 1980 dalam Rohantoknam: 147-148:3).

Maka pelatih haruslah mengevaluasi atlet agar mengetahui spesialisasi atlet sehingga pelatih tidak akan melakukan kesalahan dalam melatih atlet dan latihan tersebut harus mengfokuskan/yang menunjang/ mendukung atlet tersebut untuk berprestasi sesuai dengan spesialisasi cabang olahraganya. Cabang olahraga tersebut harus didukung dengan latihan yang menunjang (otot-totot yang berperan dalam olahraga tersebut).


ADAPTASI HASIL LATIHAN (OLAHRAGA RENANG)

Manusia dalam gerak atau manusia berolahraga sering menunjukkan tingkahlaku khusus, yang berbeda dengan mereka yang tidak berolahraga. Dampak olahraga terhadap individu satu dengan lainnya sangatlah berbeda, hal ini terjadi karena adaptasi pada individu sangat beda. Adaptasi salah satunya adalah sifat kejiwaan terhadap cabang olahraga yang diminati misal dalam cabang renang dibutuhkan keuletan, daya tahan, semangat(motivasi), tidak mudah putus asa dsb.

Adaptasi terhadap sesama/sosiologik; dimana interaksi terhadap sesama atlet dapat digunakan sebagai bahan pembanding dengan dirinya dalam arti kemampuan yang dimiliki diri sendiri dibandingkan dengan kemampuan orang lain yang belum kita kenal sebelumnya. Maka tidak jarang seorang atlet melakukan kegiatan evaluasi atau bertanding dengan sesama tim renang dimana hasil yang dicapai digunakan untuk mengacu pada seleksi atlet yang terbaik guna untuk diturunkan pada even tertentu dan nomor tertentu.Adaptasi model latihan yang baru sistem latihan yang terencana dan terprogram sangat membantu terhadap atlet dalam mencapai prestasi setinggi-tingginya. Adaptasi terhadap lingkungan sekitar, Kugel (1982) menegaskan bahwa pelatih harus mengetahui secara garis besar apakah darim lingkungan sekitas ada orang-orang atau keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan rangsangan kuat terhadap karier atlet, atau sebaliknya yang dapat menimbulkan frustasi terhadap diri atlet.

Adaptasi terhadap bentuk atau anatomi tubuh misalnya tinggi badan pada saat sebelum melakukan latihan adalah 170 sedangkan setelah melakukan latihan bertambah menjadi 172, berat badan pada saat sebelum latihan adalah 70kg dan setelah melakukan latihan berat badan turun menjadi 68kg. Adaptasi terhadap skill atau teknik sebelunya yang belum pernah diterima baik model dari pemberiannya atau dari macam/ragam dan banyaknya porsi dalam latihan juga berpengaruh terhadap perkembangan skill atau teknik dari individu tersebut. Adaptasi terhadap kesegaran jasmani juga sangat berperan dalam hal ini, bila kesegaran jasmani sebelunya kurang maka setelah melakukan latihan menjadi bagus.



*Penulis adalah pengajar mata pelajaran Pendidikan Jasmani di SMPN 4 Pasuruan

Rabu, 16 April 2008

Album Nostalgila

Senin, 14 April 2008

Artikel Sepak Bola

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PASSING DAN CONTROLLING SEPAKBOLA MENGGUNAKAN KAKI BAGIAN DALAM UNTUK SISWA KELAS VII. G SMPN 5 PASURUAN

Iwan Buana1

Abstrak: Berdasarkan analisis kebutuhan terdapat kesimpulan bahwa banyak siswa mengalami kesulitan dalam memahami dan melakukan teknik dasar passing dan controlling meggunakan kaki bagian dalam. Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan model pembelajaran passing dan controlling sepakbola menggunakan kaki bagian dalam. Model pengembangan (research and development) yang dikemukakan oleh Borg dan Gall. Hasil penilaian atau evaluasi yaitu: ahli pembelajaran pendidikan jasmani 93,33%, ahli sepakbola 1 adalah 85,71%, ahli sepakbola 2 adalah 92,31%, uji coba 90,25%, dan uji lapangan 93,27%. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pengembangan model pembelajaran ini mudah dipahami, dilakukan, menarik.

Kata kunci: pengembangan, model pembelajaran, sepakbola, passing dan controlling.

Menurut Degeng (2002: 1) “penelitian pengembangan merupakan penelitian ilmiah yang menelaah suatu teori, model, konsep atau prinsip dan menggunakan hasil telaah untuk mengembangkan suatu produk”. Menurut Gay dalam Asim (2002:1) penelitian pengembangan adalah suatu usaha untuk mengembangkan suatu produk yang efektif yang digunakan di sekolah, bukan menguji suatu teori.

Dengan demikian penelitian pengembangan merupakan penelitian yang menelaah suatu teori, konsep atau model untuk membuat suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada yang dimulai dari adanya suatu kebutuhan dari suatu masalah yang dapat dipecahkan dengan produk tersebut

Model pembelajaran adalah suatu proses yang sistematik dalam mengidentifikasi masalah, mengembangkan bahan dan strategi pembelajaran serta mengevaluasi efektivitas dan efisiensinya dalam mencapai tujuan pembelajaran (Suparman, 1997:2). Model pembelajaran adalah suatu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam menyampaikan pesan atau materi kepada siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien (Widijoto, 2005:6).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu bentuk kegiatan yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan proses-proses atau tahap-tahap yang dilibatkan dalam proses pembelajaran, tahap ini biasanya disajikan dalam bentuk: diagram, alur model.

Menurut Depdiknas (2006:1) ” pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional

Sedangkan Menurut Depdiknas (2005:1) tujuan pendidikan jasmani adalah (1) membangun landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai dalam Pendidikan Jasmani, (2) membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis, dan agama, (3) menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksaan tugas-tugas ajar Pendidikan Jasmani, (4) mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis melalui aktivitas Jasmani, (5) mengembangkan kemampuan gerak dan keterampilan berbagai macam permainan dan olahraga, (6) mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya mengembangkan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani,

(7) mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain, (8) mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran, dan pola hidup sehat, (9) mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif.

Standar kompetensi bagi siswa kelas VII semester I adalah “mempraktekkan berbagai teknik dasar permainan dan olahraga, serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya” sedangkan kompetensi dasar untuk siswa SMP kelas VII semester I adalah” mempraktekkan variasi dan kombinasi teknik dasar salah satu permainan olahraga beregu bola besar lanjutan dengan koordinasi yang baik, serta nilai kerjasama, toleransi, percaya diri, keberanian, menghargai lawan, bersedia berbagi tempat dan peralatan” (Depdiknas, 2006:4)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani suatu kegiatan dari pendidikan keseluruhan yang mengutamakan aktivitas jasmani dan pembinaan untuk pertumbuhan dan pengembangan jasmani, sportifitas, mental, sosial, serta emosional yang terencana dalam rangka tercapainya tujuan pendidikan nasional.

Sepakbola bagi pemainnya merupakan suatu perjuangan yang melibatkan berbagai unsur antara lain kekuatan, keuletan, kecepatan, ketangkasan, daya tahan serta keberanian selama jangka waktu dua kali 45 menit (Hariyono, 1991:1). Sepakbola adalah sebuah permainan yang sederhana dan rahasia permainan sepakbola yang baik ialah melakukan hal-hal sederhana sebaik-baiknya (Batty, 2003:V). Sepakbola adalah olahraga permainan beregu yang dimainkan atas dasar penguasaan teknik dengan bola, kondisi fisik, semangat bertanding dan pengertian terhadap bentuk permainan itu sendiri (Widodo, 2002:1).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan sepakbola adalah permainan tim yang terdiri dari sebelas pemain termasuk penjaga gawang, yang menggunakan unsur kemampuan skill individu dan kelompok untuk mencetak banyak gol dan meraih kemenangan.

Dalam permainan sepakbola mengenal berbagai macam teknik dasar yang harus dikuasai oleh pemain sepakbola. Teknik tersebut dibagi menjadi 2 macam yaitu: teknik badan (body technics)/gerakan permaianan sepakbola tanpa bola dan teknik dengan bola. Teknik badan secara umum terdiri dari kecepatan (speed), kekuatan (strength), daya tahan otot (endurance), kelincahan (agility), kelenturan (flexibility), dan secara khusus dalam permainan sepakbola adalah lari, melompat dan gerak tipu. Sedangkan teknik dengan bola antara lain adalah menendang bola, menerima bola (kontrol) bola, menyundul bola (heading), menggiring bola (dribbling), lemparan kedalam (throw in), merampas bola (tackling), gerak tipu dengan bola, dan teknik penjaga gawang (Hariyono, 1991:18-26).

Teknik menendang dalam sepakbola, menurut fungsinya dibedakan menjadi dua yaitu passing (mengoper bola keteman) dan shooting (menendang dengan kuat kearah gawang). Seluruh bagian kaki dapat digunakan untuk memendang bola dengan hasil yang berlainan pula. Berdasarkan hal itu menendang bola dapat dibedakan menjadi: menendang bola dengan menggunakan sisi dalam (inside), sisi luar kaki (outside) dan punggung kaki penuh (instep) (Muarifin, 2001:30).

a) Passing dengan sisi kaki bagian dalam. Dalam melakukan gerakan passing dengan kaki bagian dalam tingkat ketepatan umpan ke teman sangat besar, agar dapat mengirimkan bola dengan teliti kepada seorang kawan perlu dilatih terus dan perhatikan selalu kecermatan (Sneyers, 1989:83). Operan ini sering dipergunakan tim sepakbola yang mengandalkan kecepatan pemainnya untuk melakukan penyerangan maupun pertahanan. Teknik dasar passing ini dipergunakan untuk jenis operan datar, operan ini relatif lebih cepat dibandingkan operan lainnya. Secara umum teknik pelaksanaannya adalah berdiri dengan bahu menghadap sasaran, letakkan kaki tumpu disamping bola, letakkan kaki ayun menyamping dengan jari-jari kaki mengarah keatas, kemudian tendang bola tepat ditengahnya dengan menggunakan kaki bagian sisi ayun, lanjutkan gerakan tendangan ke arah depan dengan tetap menjaga posisi kaki. Berikut ini tahapan dalam melakukan passing dengan menggunakan kaki bagian dalam (inside-of-the-foot) menurut Luxbacher, (1998:12) persiapan (1) berdiri menghadap target, (2) letakkan kaki yang menahan keseimbangan di samping bola, (3) arahkan kaki ke target, (4) bahu dan pinggul lurus dengan target, (5) tekukkan sedikit lutut kaki, (6) ayunkan kaki yang akan menendang kebelakang, (7) tempatkan kaki dalam posisi menyamping, (8) tangan direntangkan untuk menjaga keseimbangan, (9) kepala tidak bergerak, (10) fokuskan perhatian pada bola. Pelaksanaan (1) tubuh berada di atas bola, (2) ayunkan kaki yang akan menendang ke depan, (3) tendang bagian tengah bola dengan bagian samping dalam kaki. Follow through (1) pindahkan berat badan kedepan, (2) lanjutkan gerakan searah dengan bola, (3) gerakan akhir berlangsung dengan mulus.

b) Controlling dengan menggunakan kaki bagian dalam. Teknik ini digunakan untuk menerima dan menguasai bola yang datang. Fungsi teknik ini tidak sekedar bagaimana mengendalikan dan menguasai bola, tetapi melainkan lebih dari itu, yaitu mengamankan bola dari hadangan lawan dan mengarahkan pada ruang kosong untuk melakukan gerakan selanjutnya dalam rangka membangun sebuah serangan atau pertahanan. Berdasarkan arah datangnya bola teknik controlling dibedakan pada: bola yang datang menyusur tanah, setinggi dada dan di atas kepala. Dalam controlling bola datar dapat dilakukan dengan menggunakan bagian kaki sebelah dalam (inside), sebelah luar (outside) atau telapak kaki (sol sepatu). “Tahapan dari controlling dengan kaki bagian dalam: Persiapan, (1) bahu dan pinggul lurus dengan bola yang akan datang, (2) bergeraklah ke arah bola, (3) julurkan kaki yang akan menerima bola untuk menjemputnya, (4) letakkan kaki dalam posisi menyamping, (5) jaga kaki agar tetap kuat, (6) kepala bergerak dan memperhatikan bola. Pelaksanaan, (1) terima bola dengan bagian samping dalam kaki, (2) tarik kaki untuk mengurangi benturan, (3) arahkan bola keruang terbuka dari lawn yang terdekat. Gerakan lanjut, (1) tegakkan kepala untuk melihat situasi sekitar, (2) lakukan gerakan lanjutan yang begitu bola telah dapat dikuasai sepenuhnya (Luxbacher, 1998:16)”

Sistematika pembelajaran passing dan controlling yang akan dikembangkan berupa: (a) pendahuluan yang terdiri dari: stretching aktif posisi berdiri, permainan yang menunjang materi, (b) latihan inti, terdiri dari: latihan passing dan controlling tanpa bola dan menggunakan bola, latihan passing dan controlling dengan berbagai formasi, (c) penutup, terdiri dari: evaluasi pembelajaran yang telah dilakukan dan stretching pasif berpasangan.

Berikut ini penjelasan dari sistematika di atas: Pendahuluan terdiri dari: (1) stretching aktif posisi berdiri, yang meliputi: gerakan peregangan terhadap otot: leher, bahu, lengan, dada, perut, paha dan tungkai, dilanjutkan dengan calisthenics.(2) setelah dilakukan stretching dan calisthenics posisi berdiri dilakukan kegiatan permainan yang menunjang materi passing dan controlling. (3) dengan berkelompok (diperlukan satu kelompok 1 bola) dengan formasi berdiri berbanjar kaki kangkang, siswa mengoperkan bola kepada orang yang berdiri di belakangnya dengan cara memutar badan ke arah samping kanan atau kiri dan kedua lengan dalam keadaan lurus. (4) dengan formasi berdiri berbanjar kaki kangkang, siswa mengoperkan bola kepada orang yang berdiri dibelakangnya melalui atas kepala dengan cara membusurkan badan dan menjulurkan kedua lengan yang memegang bola lurus ke belakang. (5) berlari selang seling, siswa paling belakang berlari kedepan, kemudian disusul langsung oleh siswa kedua. (6) dalam lingkaran, orang di tengah memegang bola, pemain pertama berlari ketengah dan mengambil alih bola, orang yang di tengah tadi lari ke posisi no.2, sedangkan pemain no.2 lari ketengah dan seterusnya. (7) berlari mengitari teman selang-seling bergantian, formasi berbanjar. (8) formasi berbanjar dengan jarak renggang, posisi membungkuk siswa paling belakang melompati temannya yang membungkuk, dan seterusnya. (9) permainan bintang beralih. (10) permainan kucing-kucingan dengan menggunakan bola sepak dengan peraturan yang sederhana.

Latihan inti dari teknik dasar passing sepakbola menggunakan kaki bagian dalam (gerakan tanpa bola dan dengan bola). Sikap awal sebelum passing: (1) badan tegak agak sedikit condong ke depan, (2) posisi badan dibelakang bola, (3) kaki bertumpu pada kaki depan, (4) pandangan mata kedepan, ke arah bola. Saat passing bola: (1) kaki belakang diayunkan ke depan mengenai bola hingga lurus diimbangi dengan gerakan tangan dan pinggang, (2) perkenaan bola pada kaki bagian dalam, (3) posisi bola pada bagian tengah, hindari terlalu bawah atau terlalu atas. Setelah passing bola: (1) kaki yang digunakan untuk menendang berada di depan, (2) berat badan bertumpu pada kaki depan. Setelah latihan gerakan tersebut dilanjutkan dengan latihan gerakan passing dengan menggunakan berbagai formasi.

Latihan teknik controlling sepakbola menggunakan kaki bagian dalam. Sikap awal sebelum controlling: (1) badan tegak agak sedikit condong ke depan, (2) posisi badan siap menerima bola, (3) pandangan mata kedepan, ke arah datangnya bola. Saat menerima bola: (1) kaki depan atau kanan diayunkan ke depan menjemput datangnya bola lurus diimbangi dengan gerakan tangan dan pinggang, (2) perkenaan bola pada kaki bagian dalam. Setelah menerima bola: (1) Kaki yang digunakan untuk menerima berada di belakang, (2) berat badan bertumpu pada kedua kaki. Setelah latihan tersebut dilakukan kegiatan passing serta controlling dengan berbagai formasi, dilanjutkan dengan permainan sepak bola menggunakan lapangan dan peraturan sederhana.

Latihan penutup berupa latihan stretching pasif berpasangan yang meliputi gerakan peregangan terhadap otot: leher, bahu, lengan, dada, perut, dan kaki. Berbaris, evaluasi proses pembelajaran, berdoa dan bubar (masuk kelas). Menurut Soekarno (1986:34) stretching dapat membawa temperatur badan kembali kepada temperatur badan yang semula (normal).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran passing dan controlling sepakbola menggunakan kaki bagian dalam disusun secara sistematis dari mudah ke sulit untuk memudahkan pembelajaran passing dan controlling menggunakan kaki bagian dalam.

METODE

Dalam pengembangan ini, peneliti mengacu model pengembangan (research and development) yang dikemukakan oleh Borg dan Gall (1983:775) yang terdiri dari sepuluh langkah, yaitu: (1) melakukan penelitian dan pengumpulan informasi (kajian pustaka, pengamatan kelas, persiapan laporan tentang pokok persoalan), (2) melakukan perencanaan (pendefinisian keterampilan, perumusan tujuan, penentuan urutan pengajaran, dan uji coba skala kecil), (3) mengembangakan bentuk produk awal (penyiapan materi pengajaran, penyusunan buku pegangan, dan perlengkapan evaluasi), (4) melakukan uji lapangan permulaan (dilakukan pada 2-3 sekolah, menggunakan 6-12 subyek),

(5) melakukan revisi terhadap produk utama (sesuai dengan saran-saran darii hasil uji lapangan permulaan), (6) melakukan uji lapangan utama (dengan 5-15 sekolah dengan 30-100 subyek, (7) melakukan revisi produk (berdasarkan saran-saran dan hasil uji coba lapangan utama), (8) uji lapangan meliputi 10-30 sekolah dengan 40-200 subyek, (9) revisi produk akhir, (10) membuat laporan mengenai produk pada jurnal, bekerja dengan penerbit yang dapat melakukan distribusi secara komersial.

Dari sepuluh langkah pengembangan yang dikemukakan oleh Borg dan Gall, ada beberapa tahap yang sebagian dimodifikasi sendiri oleh peneliti,. Adapun langkah-langkah yang dipakai oleh peneliti adalah sebagai berikut:

(1) melakukan penelitian, pengumpulan data informasi termasuk kajian pustaka dan observasi lapangan. (2) mengembangkan bentuk produk awal (penyiapan materi pengajaran, buku petunjuk yang akan digunakan dan perlengkapan evaluasi). (3) evaluasi para ahli menggunakan kuesioner, lalu dikumpulkan dan dianalisis, (4) revisi produk pertama (sesuai dengan saran-saran dari evaluasi para ahli), (5) uji coba (kelompok kecil), (6) revisi produk akhir, (7) uji coba lapangan (kelompok besar).

Instrumen yang digunakan dalam pengembangan model pembelajaran passing dan controlling sepakbola menggunakan kaki bagian dalam untuk siswa kelas VII. G SMPN 5 Pasuruan ini menggunakan kuesioner yang disebarkan pada ahli pembelajaran pendidikan jasmani, 2 ahli sepakbola dan siswa kelas VII. G SMPN 5 Pasuruan. Data yang diperoleh adalah data kuantitatif, karena data yang diperoleh dinyatakan dengan angka. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif persentase.

Dalam pengembangan ini subyek uji coba yang digunakan meliputi: Evaluasi ahli, terdiri dari 1 orang ahli pendidikan jasmani dan 2 orang ahli sepakbola, untuk uji coba (kelompok kecil) yaitu siswa kelas VII. G SMPN 5 Pasuruan sebanyak 10 siswa, sedangkan uji lapangan (kelompok besar) yaitu siswa kelas VII. G SMPN 5 Pasuruan sebanyak 42 siswa (satu kelas).

HASIL

Pada bagian hasil pengembangan ini disajikan tentang evaluasi (1) ahli pendidikan jasmani, (2) ahli sepakbola 1, (3) ahli sepakbola 2, (4) siswa kelas VII. G SMPN 5 Pasuruan. Data yang didapat kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data persentase dengan kriteria kesimpulan dari Sudjana (1990:45) yang meliputi klasifikasi: (80%-100%) dinyatakan valid, (60%-79%) dinyatakan cukup valid, (50%-59%) dinyatakan kurang valid/diganti, (<50%)>

Hasil pengembangan model pembelajaran passing dan controlling sepakbola menggunakan kaki bagian dalam untuk siswa kelas VII. G SMPN 5 Pasuruan, yaitu: hasil evaluasi tanggapan/penilaian dari ahli pembelajaran pendidikan jasmani adalah 93,33%, berdasarkan kriteria yang ditentukan, dapat dikatakan bahwa model pembelajaran teknik dasar passing dan controlling menggunakan kaki bagian dalam ini memenuhi kriteria Valid (80%-100%) sehingga produk ini dapat digunakan dalam pembelajaran teknik dasar passing dan controlling untuk kelas VII. G SMPN 5 Pasuruan.

Hasil hasil evaluasi tanggapan/penilaian dari ahli sepakbola 1 adalah 85.71%, berdasarkan kriteria yang ditentukan, dapat dikatakan bahwa model pembelajaran teknik dasar passing dan controlling ini memenuhi kriteria valid (80%-100%) sehingga produk ini dapat digunakan dalam pembelajaran teknik dasar passing dan controlling untuk kelas VII. G SMPN 5 Pasuruan.

Hasil evaluasi serta tanggapan dari ahli sepakbola 2 adalah 92. 31%, berdasarkan kriteria yang ditentukan, dapat dikatakan bahwa model pembelajaran teknik dasar passing dan controlling ini memenuhi kriteria valid (80%-100%) sehingga produk ini dapat digunakan dalam pembelajaran teknik dasar passing dan controlling untuk kelas VII. G SMPN 5 Pasuruan.

Data hasil coba (kelompok kecil) adalah 90,25%, berdasarkan kriteria yang ditentukan, dapat dikatakan bahwa model pembelajaran teknik dasar passing dan controlling sepakbola menggunakan kaki bagian dalam ini memenuhi kriteria valid (80%-100%), sehingga produk ini dapat digunakan dalam pembelajaran teknik dasar passing dan controlling sepakbola menggunakan kaki bagian dalam untuk kelas VII. G SMPN 5 Pasuruan.

Data hasil uji lapangan (kelompok besar) adalah 93.27%, berdasarkan kriteria yang ditentukan, dapat dikatakan bahwa model pembelajaran teknik dasar passing dan controlling sepakbola menggunakan kaki bagian dalam ini memenuhi kriteria valid (80%-100%) sehingga produk ini dapat digunakan dalam pembelajaran teknik dasar passing dan controlling sepakbola menggunakan kaki bagian dalam untuk kelas VII. G SMPN5 Pasuruan.

Revisi produk yang diperoleh dari hasil evaluasi ahli pembelajaran pendidikan jasmani dan ahli sepakbola adalah sebagai berikut: (1) gambar pada permainan bintang beralih dan kucing-kucingan menggunakan bola sepak perlu ditampilkan untuk memperjelas kegiatan, (2) model permainan seperti ini perlu dikembangkan untuk menggantikan kegiatan calisthenics yang cenderung membosankan, karena sebagai warming up sebelum pembelajaran pendidikan jasmani sudah cukup (passing dan controlling), (3) pada sistematika pembelajaran hal yang perlu diperhatikan adalah: (a) dari mudah ke sulit, (b) dari ringan ke berat, (c) harus diupayakan kejelasan guru dalam memberi penjelasan dan contoh gerakan, (4) permainan penunjang di upayakan bermula dari di tempat, berlari dan loncat, (5) materi perlu disusun dengan memperhatikan mutunya atas dasar: faktor kesulitan, beban kegiatan, kegiatan menyenangkan. (6) gambar teknik di upayakan yang benar, (7) setelah melakukan stretching perlu dilakukan variasi proses pembelajaran, (8) contoh gambar passing dan controlling di upayakan benar tekniknya, (9) untuk produk pembelajaran ini harus dibuat buku petunjuk pelaksanaannya, (10) harus diberi alokasi waktu pada setiap kegiatan, dan waktu 2x40 menit apakah tidak terpotong dengan waktu masuk ganti pakaian pada kegiatan awal dan akhir pembelajaran, (11) gambar diupayakan yang asli dan berwarna agar lebih jelas, (12) gambar pada kegiatan inti pada pertemuan 1 dan 2 perlu diperjelas/diberi keterangan, (13) dari aspek pelaksanaan aktivitas stretching dan calisthenics diharapkan setelah kegiatan tersebut diberikan lari kecil-kecil atau jogging, (14) pada latihan passing dan controlling 3 orang kurang efektif, lebih baik 2 orang, (15) pada latihan passing dan controlling 4 orang kurang efektif, lebih baik 2 orang, (16) bola diperbanyak, (17) variasi gerakan sebaiknya dilakukan secara berulang-ulang, (18) menambahkan evaluasi dan remidi pada bagian penutup, (19) tingkatan pembelajaran sebaiknya diberikan dari mudah ke tingkat sulit.

Sedangkan dari hasil uji coba (kelompok kecil) dan uji lapangan (kelompok besar), menunjukkan hasil yang baik jadi tidak perlu dilakukan revisi produk.

KAJIAN DAN SARAN

Dari produk yang telah dikembangkan ternyata perlu untuk dikaji ulang keberadaannya, karena setelah melalui proses penelitian terdapat beberapa hal yang perlu untuk diperbaiki. Kelebihan dari model pembelajaran ini yaitu model pembelajaran ini mudah dilakukan oleh siswa dan belum pernah dilaksanakan di SMPN 5 Pasuruan, maka dengan adanya model pembelajaran passing dan controlling ini dapat membantu siswa mempermudah belajar passing dan controlling. Sedangkan kelemahan dari model ini yaitu model pembelajaran ini tidak cukup bila dilaksanakan hanya sekali pertemuan.


SARAN PEMANFAATAN

Sebaiknya penggunaan produk ini hendaknya dilaksanakan seperti apa direncanakan, kemudian dilakukan evaluasi terhadap tingkat kesesuaian pembelajaran, teknik dasar passing dan controlling sepakbola dengan kaki bagian dalam ini dengan konsep dasar gerakan teknik dasar passing dan controlling yang ada. Jika tidak terdapat permasalahan dalam pembelajaran maka pembelajaran ini dapat dilanjutkan, dan jika terdapat permasalahan maka dapat dilakukan penyesuaian. Kemudian dapat dilakukan evaluasi kerja yang berberulang-ulang untuk memperoleh kesesuaian pembelajaran teknik dasar passing dan controlling sepakbola dengan menggunakan kaki bagian dalam dengan kondisi dan situasi di lapangan.

1. Saran Diseminasi

Dalam penyebarluasan produk pengembangan ke sasaran yang lebih luas, peneliti memberikan saran yaitu Sebelum disebarluaskan sebaiknya produk ini dievaluasi kembali dan disesuaikan dengan kondisi sasaran yang ingin dituju, sebelum disebarluaskan sebaiknya disosialisasikan kepada pihak-pihak terkait seperti: Dinas Pendidikan, tim MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) pendidikan jasmani, dan sekolah-sekolah untuk memperoleh pengakuan dan perijinan untuk penerapan model pembelajaran ini.

2. Saran Pengembangan Lebih Lanjut

a. Untuk subyek penelitian sebaiknya dilakukan pada subyek yang lebih luas, baik itu siswa maupun sekolah yang digunakan sebagai kelompok ujicoba.

b. Hasil pengembangan ini hanya sampai tersusun sebuah produk, belum sampai pada tingkat efektivitas produk yang dikembangakan jadi sebaiknya dilanjutkan pada penelitian mengenai efektifitas produk yang dikembangkan.

Demikian saran-saran terhadap pemanfaatan, diseminasi, maupun pengembangan produk lebih lanjut terhadap model pembelajaran teknik dasar passing dan controlling sepakbola menggunakan kaki bagian dalam untuk siswa kelas VII. G SMPN 5 Pasuruan.


Daftar Rujukan

Asim. 2002. Konsep Penelitian Pengembangan Dalam Dunia Pendidikan dan Pembelajaran. Makalah Disajikan Dalam Lokakarya Nasional Angkatan II Metodologi Penelitian Pengembangan Bidang Pendidikan dan Pembelajaran. Pusat Penelitian Pendidikan-Lembaga Penelitian Jurusan Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang, di Hotel Asia Batu. Malang. 22-24 Maret

Batty, E.C. 2003. Latihan Sepakbola Metode Baru Serangan. Bandung. CV Pionir Jaya

Borg, W. R. & Gall. M. D. 1983. Educational Research An Introduction, Fourth Edition. New York & London. Longman (chapter 18: Educational Research And Development).

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta. Diknas

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kurikulum Berbasis Kompetensi : Pendidikan Jasmani. Jakarta: Diknas.

Degeng, N. Y. 2002. Konsep Penelitian Pengembangan Dalam Dunia Pendidikan dan Pembelajaran. Makalah Disajikan Dalam Lokakarya Nasional Angkatan II Metodologi Penelitian Pengembangan Bidang Pendidikan dan Pembelajaran. Pusat Penelitian Pendidikan-Lembaga Penelitian Jurusan Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang, di Hotel Asia Batu. Malang. 22-24 Maret

Hariyono. 1991. Sepakbola I. Malang. IKIP Malang.

Luxbacher, J. 1998. SepakBola. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada

Mu’arifin. 2001. Materi Perkuliahan Sepakbola 1. Malang. Universitas Negeri Malang

Soekarno, Wuryati. 1986. Teori dan Praktek Senam Dasar. Yogyakarta: PT Intan Pariwara.

Sneyers, J. 1989. Sepakbola Remaja. Bandung. PT Rosda Jaya Putra

Suparman, A. 1997. Analisis Pembelajaran. Jakarta. Depdikbud

Sudjana. 1990. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung. Remaja Rosdakarya

Widijoto, H. 2005. Buku Petunjuk Teknis Praktek Pengalaman Lapangan. Malang: UNIVERSITAS NEGERI MALANG.

Widodo, A. 2002. Pola Pembinaan Sepakbola Ideal. Surabaya. Makalah, di Sampaikan Pada Penataran Pelatih Pengda PSSI JATIM di Probolinggo 16-17 Maret 2002.