aku adalah aku

Kamis, 26 Juni 2008

Menghilangkan kemalasan

Bagaimana Menghilangkan Kemalasan

Oleh : Iwan Buana, S. Pd
Pasuruan, 27 Juni 2008

BENTUK & SIFAT

Kemalasan ini termasuk kata yang paling tua dipakai manusia. Kita akrab dengan kata ini dari kecil sampai tua. Nah, kalau melihat praktek hidup dan teori-teori yang ada, bentuk dan sifat kemalasan itu bisa dijelaskan seperti di bawah ini:

Pertama, ada kemalasan yang dipicu oleh perubahan faktor eksternal. Meminjam istilah yang dipakai Philip G. Zimbardo, Scott, Foresman (1979) dalam bukunya Psychology & Life, ini bisa disebut kemalasan yang bentuknya "state" (keadaan). Seorang pengusaha akan mendadak malas berusaha ketika uang hasil usahanya selama raib ditipu orang. Seorang pelajar / mahasiswa akan mendadak malas ketika dosen / guru kesayangannya tidak lagi diberi tugas mengajar materi kesayangan. Banyak orang yang tiba-tiba malas saat isi dompetnya kosong. Umumnya, kemalasan yang bentuknya "state" ini bersifat sementara (temporer).

Kedua, ada kemalasan yang timbul akibat irama mood. Mood adalah perubahan intensitas perasaan. Ada yang menyebutnya juga dengan istilah siklus kehidupan (life cycle). Kemalasan semacam ini umum dialami oleh hampir semua manusia. Orang yang paling giat pun terkadang menghadapi saat-saat yang membuatnya merasa malas. Yang membedakan orang di sini bukan soal pernah dan tidak pernahnya, tetapi adalah apa yang dilakukan saat detik-detik buruk itu tiba. Ada yang hanya melamun, jalan-jalan ke sana kemari tanpa tujuan, ada yang mengisi membaca, menonton dan lain-lain.

Sekedar sebagai sumbang saran, baiknya kita perlu mendesain kegiatan khusus untuk menghadapi detik-detik semacam ini. Kalau bisa, kegiatan itu kita desain se-suportif mungkin dengan kegiatan utama. Kita bisa meniru kegiatan yang dilakukan seorang dirut media cetak yang saya kenal. Biasanya, bapak ini keliling ke meja-meja karyawan sekedar untuk bertanya sana-sini. Begitu sudah mendapatkan gambaran atau inspirasi baru, dia kembali lagi ke tugas utamanya. Inipun bisa kita tiru meski kita bukan dirut.

Ketiga, ada kemalasan yang memang itu kita sendiri yang menciptakan. Kemalasan semacam ini bisa disebut "trait", bawaan. Bawaan di sini maksudnya bukan bawaan dari lahir atau semacam yang sering kita sebut "takdir seseorang". Bawaan di sini maksudnya kita yang menciptakan, kita yang memilih, kita sendiri yang menjadi penyebabnya. Kemalasan seperti ini sifatnya permanen, atau abadi. Selama kita tidak mengubahnya, selama itu pula kemalasan itu bertengger di dalam diri kita. Ada yang bilang, kemalasan bawaan ini tidak ada obatnya. Siapapun tidak dibekali mukjizat untuk menyembuhkan penyakit yang bernama kemalasan bawaan ini, termasuk para nabi.

Meski dalam teorinya kemalasan itu bisa kita kotak-kotakkan sedemikian rupa, tetapi dalam prakteknya kerapkali kotak-kotak itu tidak secara jelas dapat dibedakan. Bahkan ketika kita ingin mengorek sebab-sebab kemalasan seseorang dari hulu ke hilir, ini tidak akan ada ujung pangkalnya (saking banyaknya dan saking beragamnya).

Satu-satunya jalan adalah memotong mata rantainya. Caranya adalah dengan menjadikan diri sendiri sebagai pusat (locus of control). Alasannya sangat jelas. Meski memang ada sejumlah faktor eksternal yang membuat kita malas, tetapi kalau kita bertekad menolak menjadi pemalas, maka kemalasan itu sementara sifatnya. Tapi bila tidak, kemalasan yang dipicu apapun akan abadi atau minimalnya berlangsung terlalu lama, bahkan bisa menjadi label, ciri khas atau sifat.


APA YANG MEMBUAT KEMALASAN ITU ABADI?

Menurut logika yang normal, tentu tidak ada orang yang ingin malas. Buktinya, tidak ada orang yang merasa bahagia dengan kemalasannya. Jika begitu, berarti kira-kira kemalasan itu muncul karena ada sesuatu. Apa sesuatu itu? Tentu ini banyak. Berdasarkan praktek dan teori, ada beberapa hal yang bisa kita jadikan petunjuk atau acuan. Ini antara lain:

Pertama, tidak memiliki sasaran hidup yang jelas. Sasaran ini bisa berbentuk: apa yang ingin kita lakukan, apa yang ingin kita raih, apa yang ingin kita miliki. Sasaran ini ada yang bersifat jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang. Ada yang disebut visi, tujuan (goal), atau juga target.

Kenapa sasaran itu terkait? Oh tentu. Kalau kita sudah tahu sasaran yang kita inginkan, maka logikanya kita akan terdorong untuk mencapainya. Kejelasan sasaran terkait dengan kekuatan motivasi dan tekad seseorang. Menurut Anthony Robbin, di dunia ini sebetulnya tidak ada orang yang malas. Orang menjadi malas karena tidak memiliki tujuan yang jelas.

Penjelasan lain mengatakan bahwa orang yang tidak memiliki sasaran atau tujuan hidup yang benar-benar ingin diraih sangat berpotensi terkena apa yang disebut kemandekan batin. Batin yang mandek gampang dihinggapi berbagai penyakit dan kotoran, salah satunya adalah kemalasan. Jadi, kemalasan terkait dengan "developmental process".

Kedua, filsafat hidup yang negatif. Ini misalnya saja: "Daripada sudah bekerja keras tetapi tidak kaya-kaya, mendingan kerja asal-asalan aja", "Ngapain sekolah rajin, toh sudah banyak sarjana yang nganggur", "Boro-boro cari rizki yang halal, yang haram aja susahnya minta ampun", dan lain-lain dan seterusnya.

Kenapa itu semua disebut negatif? Secara arah (direction and orientation), kesimpulan demikian kerap menggeret kita pada pola hidup yang malas. Jadi, yang perlu kita waspadai adalah arahnya, bukan semata benar dan salahnya secara konten. Lebih baik kita berpikir perlu belajar yang lebih giat lagi supaya tidak menjadi sarjana yang nganggur. Lebih baik berpikir perlu bekerja lebih keras lagi dan lebih cerdas lagi supaya kaya. Meski ini tidak bisa memberikan jaminan dalam waktu yang sekaligus, tetapi arahnya positif, dinamikanya positif dan energinya positif. Kita perlu sadar bahwa terkadang ada banyak ucapan yang benar tetapi tidak bermanfaat (positif).

Ketiga, terlalu banyak dan terlalu lama membiarkan pikiran atau perasaan negatif. Semua orang pada dasarnya pernah memunculkan pikiran negatif terhadap diri sendiri, orang lain atau keadaan. Yang membedakan terkadang adalah kadarnya, frekuensinya dan kecepatannya dalam membersihkan diri. Kenapa pikiran dan perasaan berpengaruh? Ini sudah jelas dapat kita rasakan langsung.

Kalau kita membiarkan penilaian negatif terhadap diri sendiri yang terlalu lama atau terlalu banyak, maka yang muncul adalah kesimpulan akumulatif yang negatif. Ini misalnya: saya tidak mampu, saya tidak bisa, saya selalu minder, saya ragu-ragu, saya malas-malasan, saya tidak bahagia dengan diri saya, dan seterusnya. Kesimpulan demikian memang tidak membuat kita mati, tetapi, seperti yang kita alami, kesimpulan demikian sangat menghalangi munculnya energi psoitif.

Karena itu, baik ajaran agama atau ilmu pengetahuan punya nasehat yang sama. Dalam keadaan apapun atau dalam posisi apapun kita dianjurkan untuk memilih pikiran dan mentalitas yang berorientasi syukur. Syukur artinya kemampuan seseorang dalam mengoptimalkan penggunaan resource yang sudah ada untuk meraih prestasi dengan cara-cara positif. Berpikirlah untuk menggunakan potensi seoptimal mungkin. Berpikirlah untuk menggunakan fasilitas seoptimal mungkin.

Karena kita selalu rentan terkena pikiran negatif, baik itu kita ciptakan sendiri atau kiriman dari orang lain, maka idealnya, membersihkan pikiran dan perasaan itu perlu kita lakukan seperti kita mandi yang tidak pernah cukup sekali. Tidak cukup membaca buku sekali, tidak cukup mendengarkan nasehat inspiratif sekali, tidak cukup membaca artikel sekali dan tidak cukup memotivasi diri sekali. Itu kita butuhkan sepanjang hidup sejauh kita merasakan adanya kotoran yang mengganggu.

Keempat, tidak mau memilih yang positif. Untuk orang dewasa (baca: bukan anak-anak) ini adalah kunci. Gagal bercinta, gagal usaha, gagal berkarir, dan lain-lain, memang itu semua bisa memicu kemalasan. Tetapi, seperti yang sudah kita singgung, kemalasan di situ sifatnya hanya sementara. Yang kerap membuatnya abadi adalah penolakan untuk segera bangkit. Jika kita menolak membangkitkan-diri, semua kemalasan sifatnya abadi. Jika kita tetap memilih menjadi pemalas, maka tidak ada kekuatan apapun yang bisa membuat kita menjadi tidak malas.

Kalau mau pakai pendapat Bandura (www.mhnet.org,2002), berbagai prilaku immoral dan kurang berarti itu (termasuk kemalasan), lebih terkait dengan mekanisme mental ketimbang dengan kesalahan sistem nilai yang dianut seseorang. Untuk orang dewasa, pasti semua sudah tahu kalau kemalasan itu bukan sesuatu yang positif. Meski sudah tahu semua tetapi pengetahuan ini tidak otomatis menggerakkan prilaku seseorang supaya tidak malas. Ini bukti bahwa kemalasan itu lebih terkait pada mekanisme mental atau mentalitas seseorang. Tindakan kita, kata Dietrich Bonhoeffer, lebih banyak digerakkan oleh kesadaran untuk bertanggung jawab. Ini juga pas untuk orang dewasa.

Kalau kita sadar tanggung jawab kita sebagai pelajar / mahasiswa, rasanya tidak mungkin kita bisa menjadi pelajar yang malas. Kalau kita sadar tanggung jawab kita sebagai karyawan, rasanya tidak mungkin kita bisa menjadi karyawan yang malas. Dan seterusnya dan seterusnya. Kesadaran inilah yang memunculkan motivasi dan komitmen intrinsik (inisiatif dan tekad dari dalam).

Kelima, kurang belajar menggunakan ledakan emosi. Marah, tidak puas, malu, takut, ingin dipuji, dan seterusnya itu adalah termasuk bentuk ledakan emosi. Ini bisa kita gunakan untuk mengusir kemalasan dan bisa pula kita gunakan untuk menambah kemalasan. Takut akan dimarahi orangtua kalau nilai kita jeblok dapat kita gunakan untuk memacu diri dalam belajar. Malu dikatakan orang nganggur bisa kita gunakan untuk memperbanyak aktivitas. Tidak puas atas nasib kita pada hari ini dapat kita gunakan untuk mendorong perubahan.

Jadi, meski ada ledakan emosi negatif dan positif tetapi penggunaannya diserahkan kepada kita. Kalau digunakan untuk hal-hal positif, jadinya positif. Tetapi kalau digunakan untuk hal-hal negatif, ya jadinya bertambah negatif. Untuk orang yang belum sanggup membangkitkan gairah dari dalam dirinya atau orang yang belum berhasil membangun pondasi personal yang kuat, tehnik ini lebih sering berhasilnya. Cuma memang durasinya sementara dan gampang luntur di samping juga bisa berpotensi menimbulkan penyimpangan (motivasi minus atau negatif). Karena itu tetap dibutuhkan transformasi ke dalam.

Membangun Pondasi Personal

Kenapa perlu membangun fondasi personal? Seperti yang sudah kita singgung, penyebab dan pemicu kemalasan itu kalau dicari banyak (tak terhitung). Apalagi jika yang kita cari itu adalah sebab eksternal di luar diri kita. Meski demikian, toh ujung-ujungnya yang akan menjadi kunci utama di sini adalah tetap diri kita. Inilah alasan kenapa kita perlu membangun fondasi itu.

Fondasi personal adalah seperangkat dasar-dasar hidup yang kita gunakan sebagai landasan dalam melangkah. Dengan fondasi yang kuat ini diharapkan hidup kita tidak mudah goyah atau ambruk oleh hal-hal yang tidak kita inginkan. Apa yang diperlukan untuk membangun pondasi personal ini?

Pertama, menjaga stabilitas. Kata orang, hidup ini seperti sepeda. Agar stabilitasnya terjaga, maka harus digerakkan, dijalankan atau dinaiki. Begitu sepeda itu berhenti, maka stabilitasnya hilang. Bagaimana menstabilkan hidup? Ini memang butuh sasaran dan program. Seperti yang sudah kita bahas, sasaran itu akan menggerakkan kita untuk mencapainya. Supaya keseimbangannya sempurna, sasaran itu kita susun seharmonis mungkin dengan keadaan diri kita.

Katakanlah jika anda seorang pelajar atau mahasiswa. Jika anda membuat sasaran yang tidak match dengan keberadaan anda sebagai pelajar atau mahasiswa, ini akan berpotensi menimbulkan kemalasan dalam belajar. Buatlah sasaran, target, program yang match dengan keberadaan dan keadaan anda saat ini.

Kedua, perlu melakukan alignment. Istilah ini kerap dipakai dalam manajemen bisnis. Pengertian dasarnya adalah upaya untuk meluruskan langkah agar tidak keluar dari track, rel, sasaran, target, tujuan, visi, misi dan seterusnya. Menjalankan usaha itu sama seperti menajalankan kapal. Angin kencang, ombak, badai atau cuaca buruk bisa membelokkan arah kapal lalu keluar dari track. Supaya kembali pada track harus ada "alignment".

Begitu juga dengan hidup kita. Banyak peristiwa atau perlakukan dari luar yang berpotensi memicu kemalasan, seperti misalnya: gagal, menghadapi orang yang tidak ko-operatif, didholimi orang, dan lain-lain. Banyak juga kebutuhan, keinginan dan masalah yang terkadang menghimpit lalu membuat kita keluar dari track. Supaya itu semua tidak menjadi pemicu dan penyebab kemalasan yang abadi atau terlalu lama maka dibutuhkan alignment. Ini misalnya kita mengingat lagi sasaran kita, tujuan kita, target kita, program kita, dan seterusnya.

Ketiga, perlu memiliki personal-urgency. Urgency di sini desakan ke dalam atau semacam deadline yang kita buat sendiri untuk diri kita (personal-impose). Untuk membangkitkan diri atau mengusir kemalasan, baik itu temporer atau abadi, biasanya ini dibutuhkan. Kekurangan kita umumnya adalah terlalu lama memikirkan dan merasakan kemalasan, misalnya: kenapa saya malas, apa yang membuat saya malas, bagaimana tip-tipnya supaya tidak malas, dan lain-lain tetapi tidak membuat kita segera melaksanakan personal-impose.

Adapun tehniknya mungkin perlu memberi batas waktu atau target pencapaian yang spesifik. Ini bisa kita mulai dari yang paling kecil misalnya bangun pagi. Banyak orang yang tidak bisa bangun pagi karena tidak memiliki deadline jam berapa harus bangun dan apa yang akan dilakukan setelah bangun pagi. Karena itu, para ahli menyarankan timing dalam membuat sasaran, entah itu jangka pendek, menengah atau jangka panjang.

Keempat, perlu pembelajaran yang terus menerus (continuous learning). Seperti yang sudah sering kita bahas, pembelajaran itu artinya memperbaiki diri dari apa yang kita lakukan. Untuk bisa belajar ini syaratnya hidup kita harus dinamis. Syarat untuk dinamis harus ada sasaran yang betul-betul kita perjuangkan. Rasanya sulit untuk memperbaiki diri tatkala hidup kita statis atau diam. Batin yang dinamis melahirkan kemauan keras, sementara batin yang statis biasanya malah membuat kita keras kepala.

Kelima, perlu membuka diri terhadap berbagai pencerahan atau sesuatu yang bisa meng-inspirasi, memotivasi, membersihkan kotoran batin dan menghidupkan pikiran. Ini bentuknya banyak, misalnya saja: membaca buku atau artikel, mendengarkan ceramah atau cerita orang, melihat kejadian, berwisata yang mendidik, dan lain-lain. Intinya, seperti kesimpulan Krishnamurti saat ditanya wartawan, kemalasan itu muncul when the mind is a sleep! Semoga bermanfaat.

Rabu, 23 April 2008

istilah kepelatihan

ISTILAH DALAM KEPELATIHAN

Iwan Buana, S. Pd*

Untuk membantu mempermudah kepemimpinan dalam kepelatihan ada beberapa istilah yang perlu diletahui karena berhubungan dengan pengetahuan dasar-dasar kepelatihan antara lain:

Kepelatihan adalah suatu konsep tentang upaya pembinaan sumber daya manusia sdm untuk mencapai prestasi optimal dalam bidang khusus, pada konteks ini sasaran yang ingiun dicapai adalah prestasi dalam bidang olahraga.

Pelatih adalah suatu kegiatan yang merupakan upaya pembinaan sumber daya manusia untuk mencapai prestasi optimal dalam bidang olahraga

Pelatih adalah orang yang memberikan bimbingan serta tuntunan kepada atlet agar dapat tercapai prestasi yang optimal.

Melatih adalah aktifitas pelatih dalam menyiapkan dan menciptakan situasi lingkungan latihan sebaik mungkin dalam konteksnya dengan atlet dalam mentransformasikan pengetahuan dan keterampilan olahraga, sehingga terjadi proses berlatih secara efektif dan efisien untuk mencapai sasaran tujuan latihan pada saat itu.

Berlatih adalah suatu proses penyempurnaan kualitas atlet, yang dilakukan secara sadar untuk mencapai prestasi optimal, khususnya pada bidang olahraga dan memberikan keterampilan gerak secara ilmiah.

Atlet adalah orang yang menjadi obyek dalam kegiatan pelatihan cabang olahraga yang ditekuni

FUNGSI DAN PERAN PELATIH:

  1. Sebagai perencana (planner) dengan cara mengawali membuat program latihan baik jangka pendek dan jangka panjang.
  2. Sebagai seorang pemimpin (leader)semua tindak tanduk sebagai figure yang digugu dan ditiru, dan bilamana perlu mengadakan diskusi dengan atletnya
  3. Sebagai teman (friend);pada saat proses pelatihan seorang pelatih berlaku sebagai pemimpin, sedangkan pada saat diluar latihan seorang pelatih bertindak sebagai teman.
  4. Sebagai seorang yang selalumau belajar (learner); pelatih tidak boleh merasa puas dengan kemampuan yang dimiliki atletnya pada saat itu, namun secara aktif harus mengikuti dan mempelajari hal-hal yang baru, karena dengan belajar akan makin banyak hal yang diketahui
  5. Kewajaran; dalam memilih target seorang pelatih jangan memaksakan target yang muluk-muluk realistis dengan kemampuan atletnya.

TUGAS PELATIH:

  1. Mencari bibit atlet berbakat
  2. Menyusun rencana/ program latihan
  3. Melaksanakan kepelatihan
  4. Mengevaluasi latihan

TINGKAH LAKU PELATIH:

  1. Disiplin waktu
  2. Memiliki kesehatan jasmani yang baik
  3. Memiliki kesegaran jasmani yang tinggi
  4. Stabil dan matang (dewasa)
  5. Merupakan bagian dari atletnya.

KEPEMIMPINAN PELATIH YANG BAIK

Menurut Mc Kinney (1975) pelatih yang baik mempunyai kemampuan:

- Membantu atlet dalam mengaktuailisasikan potensinya

- Dalam membentuk tim didasarkan pada keterampilan individu yang telah diajarkan

- Memiliki pengetahuan dan keterampilan yang seimbang

- Mampu menyesuaikan tingkat intelektual dengan keteram[pilan neuro maskuler atlitnya

- Mampu menerapkan prinsip-prinsip ilmiah dalam membentuk kondisi atlet

- Lebih mementingkan unsur pendidikan secara utuh, baru kemudian unsur kepelatihan

- Tidak menyukai kekalahan, namun tidak mencari kemenangan dengan berbagai cara yang tidak fair play

- Mempinyai kemampuan untuk mengendalikan diri kearah penyimpangan profesinya

- Mampu menyatakan bahwa keberhasilannya adalah kerja tim kepada media komunikasi

- Selalu disegani dan dihormati oleh atlet dan teman-temannya

- Memiliki dedikasi yang tinggi terhadap profesinya.

Semoga informasi yang singkat ini bermanfaat bagi para pelatih cabang ol;ahraga dalam melaksanakan tugas kepelatihan. Selamat berjuang

DAFTAR PUSTAKA

Mc Kinney 1975. What is a good coach, Lm 14 dalam the principles and problem of coaching, Illinois: charles C Thomas publisher.

Suhendro, A. 2001. dasar-dasar kepelatihan. Jakarta: pusat penerbit UT. Depdiknas

*penulis adalah guru penjas di SMPN 4 Pasuruan serta aktiv dalam perwasitan sepakbola di lingkup PENGDA JATIM.

Selasa, 22 April 2008

artikel Olahraga tennes lapangan

OLAHRAGA TENIS, JANGAN LUPA LATIHAN FISIK

Artikel

Iwan Buana, S. Pd*

Olahraga tenis ternyata membutuhkan kondisi fisik yang kuat. Tanpa kesiapan yang memadai, cedera mudah terjadi. Kemampuan teknik pun kurang tertunjang. Bahkan, latihan bisa menjadi bumerang.

Di Indonesia tenis termasuk olahraga populer. Bahkan, merupakan salah satu cabang olahraga yang bisa mengangkat nama negara dalam kancah olahraga dunia melalui Yayuk Basuki, yang pernah mencapai peringkat ke-20-an dunia. Lagi pula, semua usia dapat melakukannya, asal secara fisik memungkinkan. Manfaatnya pun cukup besar. Dari banyak penelitian, diketahui, mereka yang melakukan latihan secara teratur, selain tubuh yang bugar, tekanan darah, denyut nadi, dan hasil pemeriksaan EKG pada jantung mereka juga lebih baik dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah melakukan latihan.

Sayangnya, banyak di antara pemain minim dalam pengetahuan soal bekal fisik yang harus dipenuhi seorang pemain tenis. Akibatnya prestasinya kurang berkembang.

Bila dikelompokkan, tenis termasuk kelompok olahraga keras. Cabang olahraga yang dimainkan dua atau empat orang ini adalah aktivitas gerak – berhenti – gerak – berhenti. Melihat aktivitas tersebut, mereka yang menderita gangguan pada organ jantungnya tidak dianjurkan memainkan cabang olah raga ini. Pasalnya, beban jantung pada olah raga ini cukup berat. Bahkan, tak jarang denyut nadi pemain bisa melampaui denyut nadi maksimal.

Aktivitas tidak teratur dalam olah raga ini memerlukan energi fisik yang besar. Pada waktu reli-reli panjang, rata-rata penggunaan kalorinya 1.700 kalori per jam. Ketika lari-lari untuk pukulan volley atau smash dekat net butuh 4.000 kalori per jam. Saat sprint atau lari cepat untuk mengamankan pertahanannya, perlu energi kurang lebih 9.000 kalori per jam.

Kebutuhan fisiologis alias faali pemain, baik di lapangan berpermukaan keras, gravel, aspal, rumput atau rumput sintetis, lebih kurang sama dengan semua cabang olah raga lari dan aktivitas fisik yang dilakukan sebentar-bentar. Kalau diperhatikan betul, ternyata gerakan pada tenis dilakukan dan didukung banyak otot. Oleh karena itu, persyaratan untuk belajar tenis adalah kekuatan fisik yang cukup, pengetahuan tentang cara melakukan latihan, kemampuan melakukan gerakan, serta koordinasi badan dan anggota badan untuk mengendalikan gerakan akurat. Jantung dan peredaran darah, serta sistem pernapasan harus memberikan suplai darah, yang banyak mengandung oksigen, ke seluruh badan.

1. Mencegah cedera

Dibandingkan dengan olahraga lain pada umumnya, kejadian cedera akut pada olahraga tenis sangat rendah. Memang, dapat terjadi patah tulang atau fraktur pada tulang selangka, lengan, atau kaki. Tapi itu terjadi karena terjatuh dan lebih sering terjadi pada pemain tua.

Kejadian cedera sering menimpa tendo, ligamen, atau otot. Terjadinya pada lutut, pergelangan kaki, bahu, siku, dan pergelangan tangan. Cedera dapat pula terjadi pada tendo achiles ketika pemain melakukan hiperfleksi (membengkokkan kaki secara mendadak).

Cedera pada pergelangan kaki sering juga terjadi dan sakitnya sering kali terjadi pada sepertiga bagian bawah daerah tulang kering, yang sering disebut shin splint. Pencegahan terbaiknya adalah dengan pemantapan kondisi kaki, misalnya dengan cara lompat tali.

Kejang-kejang pada otot-otot, yang biasanya terjadi di kaki, dapat disebabkan kecapaian, kurang garam, kurang vitamin C, kurang kalsium, atau tidak cukup pemanasan. Pencegahan terbaik adalah pemantapan kondisi dengan cara pemanasan yang cukup disertai dengan peregangan otot.

Cedera yang semula akut dapat menjadi kronis bila terjadi berulang kali. Misalnya tennis elbow (rasa nyeri pada sendi siku bagian samping) yang nampaknya banyak dialami pemain dan sering menimpa setelah usia pemain 30 tahun. Biasanya disebabkan antara lain oleh perubahan raket yang digunakan secara mendadak dan lebih berat. Atau, senar raket terlalu kencang. Dapat pula akibat ukuran grip/pegangan raket kurang cocok, terlalu besar atau terlalu kecil. Bahkan, bisa pula karena bola yang menjadi lebih berat karena bermain di lapangan outdoor (luar gedung) dalam keadaan hujan/gerimis. Karenanya, pemilihan raket perlu dilakukan secara cermat, ketegangan senarnya tepat, dan ukuran gripnya cocok dengan ukuran tangan kita.

Bila terjadi cedera, sebaiknya tidak diurut di tempat cedera, melainkan segera berobat ke dokter spesialis ilmu kedokteran olah raga.

Pencegahan cedera yang baik, tentu saja dengan melakukan pemanasan yang cukup. Lalu, dilanjutkan dengan pendinginan. Setelah itu barulah olahraga tenis bisa dilakukan.

Pemanasan dilakukan dengan lari-lari kecil sekitar 5 menit. Kemudian kita lakukan pemanasan khusus yaitu mempersiapkan otot-otot yang paling besar mendapat beban dalam permainan tenis. Misalnya otot bahu. Otot ini banyak berperan untuk pukulan forehand. Pada pukulan ini ayunan ke belakang mulai dengan menggeser berat badan ke belakang pada kaki kanan. Lengan diangkat oleh otot bahu bagian belakang dan tengah. Gerakan ke belakang dilakukan oleh otot teres minor dan infraspinatus. Otot trisep (lengan bagian belakang) membantu menahan siku tetap lurus. Ayunan ke depan kemudian dilakukan oleh otot bahu bagian depan, otot dada, dan otot korakobrakhialis. Tingginya ayunan dikendalikan oleh otot-otot bahu bagian tengah.

Pemanasan terhadap semua otot diakhiri dengan peregangan, terutama peregangan pada bahu, pergelangan tangan, dan lengan. Peregangan ini dapat meningkatkan dan mempertahankan kelenturan daerah-daerah tersebut.

2. Perlu dilengkapi aerobik

Faktor sangat penting lainnya, yang perlu diperhatikan pemain tenis, adalah kekuatan otot. Otot-otot itu di antaranya otot-otot bahu, lengan, dan kaki. Sebagai contoh, dalam boks Menguatkan Otot Bahu kita bisa belajar cara-cara menguatkan otot-otot bahu. Tentu, otot-otot lain juga berlu dikuatkan dengan latihan-latihan beban.

Yang tak kalah pentingnya, dalam olahraga tenis sangat diperlukan kelincahan kaki pula, untuk bergerak ke depan, ke belakang, maupun ke samping. Cara latihan menguatkan dan memperbaiki kelincahan kaki cukup banyak. Sekadar contoh, dalam boks Melatih Kelincahan Kaki dibahas dua macam cara untuk melatih kelincahan kaki agar dapat dengan mudah bergerak cepat ke segala arah.

Sayangnya, banyak penggemar tenis tidak suka melakukan latihan fisik agar dapat menunjang teknik permainan. Biasanya, kita hanya melakukan latihan-latihan teknik. Padahal, dengan latihan fisik kemampuan kita bermain tenis akan meningkat.

“Supaya bisa melakukan olahraga tenis hingga usia lanjut, sebaiknya latihan dilengkapi dengan olahraga aerobik seperti jalan cepat, bersepeda, dan renang. Latihan aerobik ini akan memperkuat jantung, sehingga ketika kelak berusia lanjut kita bisa tetap berolahraga tenis tanpa membahayakan diri. Latihan tenis juga harus dilakukan secara teratur dengan frekuensi 3 – 5 kali seminggu, agar jantung tetap terlatih. Latihan yang mendadak keras setelah lama, umpamanya sebulan, tidak latihan akan membahayakan kita.” (dr. Sadoso Sumosardjuno, Sp. KO.)

Kurikulum Bola Basket

KURIKULUM PROGRAM LATIHAN KHUSUS

CLUB BOLA BASKET SMP NEGERI 4 PASURUAN

Iwan Buana, S. Pd*

A. RASIONAL

Program latihan khusus Club Bola Basket SMP Negeri 4 Pasuruan ini dikembangkan dengan adanya suatu pemikiran dan kesadaran akan (1) pentingnya suatu prestasi dalam olahraga yang didukunng oleh latihan-latihan dan kesehatan para atllet serta memiliki landasan keilmuan dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan (2) adanya suatu perbaikan dan penyempurnaan kurikulum program latihan khusus Club Bola Basket SMP Negeri 4 Pasuruan (3) pentingnya tenaga pelatih yang profesional yang dapat melaksanakan kurikulum program latihan Bola Basket yang efektif dan efisien masih terbatas (4) dengan adanya kurikulum program latihan khusus Club Bola Basket SMP Negeri 4 Pasuruan ini diharapkan dapat menghasilkan atlet-atlet berbakat yang berprestasi.

Dengan adanya permasalah tersebut, maka untuk mengatasinya perlu dilaksanakan suatu kurikulum program latihan bola basket dimana seorang pelatih memiliki peranan yang sangat penting demi tercapainya suatu latihan yang maksimal.

B. TUJUAN

Tujuan kurikulum program latihan khusus bola basket ini adalah untuk menghasilkan atlet-atlet berbakat yang berprestasi dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan yang dapat diterapkan pada suatu permainan atau pertandingan yang sebenarnya.

C. KOMPETENSI LULUSAN

Berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan di atas, maka seorang atlet diharapkan dapat memiliki kompetensi lulusan sebagai berikut:

(1) aspek kognitif: mempunyai pengetahuan tentang olahraga khususnya olahraga bola basket, serta dapat melaksanakan dan mengevaluasi program latihan teknik dan taktik.

(2) Aspek psikomotor: memiliki keterampilan yang dapat di terapakan atau di laksanakan serta dapat mengevaluasi program latihan teknik dan taktik.

(3) Pembentukan aspek sikap: meliputi kepribadian, kepemimpinan, disiplin dan sportivitas.

D. STUKTUR PROGRAM LATIHAN

Untuk mewujudkan kompetensi-kompetensi di atas perlu disusun suatu program latihan yang memiliki tujuan-tujuan tersendiri.

No Materi Tahap

1. Latihan fisik a. daya tahan (endurance)

b. kecepatan (Speed)

c. kelincahan (Egility)

d. daya ledak (Power)

e. kekuatan (Stregth)

f. kelentukan (Flexibility)

2. Teknik a. passing

b. dribbling

c. shooting

d. catching

3. Taktik/ strategi a. pola pertahanan

b. pola penyerangan

E. DESKRIPSI PROGRAM LATIHAN

1. Latihan fisik

a. Daya tahan (Endurance)

Daya tahan adalah keadaan atau kondisi tubuh yang mampu untuk bekerja dalam waktu lama, tanpa mengalami kelelahan yang berarti, atau berlebihan. Pengukuran daya tahan meliputi pengukuran daya tahan otot dan pengukuran daya tahan kardiovaskuler.

a. daya tahan otot adalah kemampuan otot dalam menerapkan tenaga yang sub maksimal secara berulang-ulang, atau meneruskan kontraksi otot untuk beberapa periode waktu. Untuk mengukur daya tahan otot terdiri dari: tes push-up, tes sit-up, tes pull-up, tes chest raise, tes squat-jump, tes bench press.

b. Kecepatan (Speed)

Kecepatan adalah kemampuan penampilan gerak dengan periode waktu yang pendek. Pengukuran kecepatan terdiri dari: tes lari 40 meter atau 50 meter, tes kecepatan reaksi tangan(hand reaction test).

c. Kelincahan (Egility)

kelincahan adalah kemampuan untuk mengubah arah denagn cepat pada waktu bergerak dalam kecepatan yang tinggi. Tes yang digunakan untuk mengukur kecepatan, terdiri dari: tes shuttle-run 6x10 meter, tes right boemerang run, tes jogging run.

d. Daya ledak (Power)

Daya ledak adalah perpaduan atau kombinasi antara kekuatan dan kecepatan untuk mengatasi beban atau tahanan dengan kecepatan kontraksi otot yang tinggi. Tes yang digunakan untuk menguku daya ledak, terdiri dari: tes daya ledak lengan dan bahu (two hand medicine ball put test), tes daya ledak kedua tungkai (vertical jump test), tes standing broad jump.

e. Kekuatan (Strength)

Kekuatan adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan. Tes yang digunakan untuk mengukur kekuatan terdiri dari: tes kekuatan pegangan (hand dynamometer), tes kekuatan lengan (bench prees), tes kekukatan otot perut (the cur-up test), tes kekuatan tungkai/ lutut (leg dynamometer), tes kekuatan pinggang/ togok (back dynamometer).

f. Kelentukan (Flexibility)

Kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi dan gerakan kelentukan dipengaruhi oleh lastis tidaknya otot-otot, tendon dan ligamen. Tes yang digunakan untuk mengukur kelentukan adalah: tes kelentukan togok (Sit ang Reach test), trunk flexibility test.

2. Teknik

a. passing

b. dribbling

Dribbling adalah gerak memantulkan bola kelantai dengan satu tangan, baik pada saat pemain sedang berdiri di tempat maupun bergerak.

c. Shooting

Shooting adalah keahlian yang sangat penting di dalam olahraga bola basket.

d. catching

3. Taktik/ strategi

a. pola pertahanan

b. pola penyerangan

F. PROGRAM LATIHAN

PROGRAM :

KLUB :

PERSIAPAN :


Kamis, 17 April 2008

riwayat hidup

RIWAYAT HIDUP

Iwan buana, dilahirkan di Pacitan pada Tanggal 10 Maret 1982, anak ke 2 dari 2 bersaudara dari pasangan Nurus Son’ani Amg dan Sobiyatun. Pendidikan Dasar sampai Menengah ditempuh di Pakis Baru Kecamatan Nawangan Kabupaten Pacitan Jawa Timur. Di SDN Pakis Baru I tamat pada tahun 1995, kemudian SLTPN 1 Nawangan tamat pada tahun 1998, SMUN 1 Nawangan tamat pada tahun 2001.

Pendidikan di Universitas Negeri Malang Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi pada tahun 2001 melalui jalur PMDK Reguler.

Pengalaman organisasi dan kejuaraan, Pada tahun 1998 menjadi atlet di Perguruan IKSPI Kera Sakti yang berpusat di Madiun dan menjadi anggota sabuk biru pada tahun 1999, dilanjutkan Sabuk Merah atau Pendekar pada tahun 2000, Organisasi yang pernah di ikuti sebagai Wakil ketua perguruan IKSPI Kera Sakti Ranting Nawangan periode 1999-2001 dan pelatih di Perguruan IKSPI Kera Sakti tahun 2000-2001.

Selama menempuh kuliah prestasi yang pernah diperoleh diantaranya: Pencetak Gol Terbanyak Turnamen Futsal Antar Mahasiswa Fakultas Sastra Open Tahun 2005, Juara III Turnamen Futsal Antar Mahasiswa Fakultas Sastra Open Bersama Klub PS. 70c Tahun 2005, selain itu menjadi panitia even-even olahraga kota Malang di antaranya, Panitia Malang Marathon Tahun 2001-2003, Lines Man Turnamen Bulu Tangkis Malang Pos Cup 2002-2003, Lines Man Bola Volly Turnamen Bola Volly Malang Open Rekor Muri Tahun 2004, Juara 2 Kejuaraan Silat Antar Mahasiswa Ilmu Keolahragaan Kelas D tahun 2003, pada tahun 2005 Bergabung Ikut Organisasi PSSI Pengcab Pasuruan Bidang Perwasitan dengan ikut penataran Wasit di Madiun Tahun 2005 dengan license C.III. dan mengikuti kursus wasit license C.II di suranaya pada akhir 2007 dengan predikat Baik.

Sekarang aktif di bidang perwasitan kota pasuruan dan mengajar di salah satu sekolah di kota pasuruan, di SMP Negeri 4 pasuruan dan di SMA negeri 2 pasuruan.

Pilih Sepatu Sesukamu


PILIH-PILIH
SEPATU LARI

Kini tak ada lagi sepatu olahraga multiguna; yang ada sepatu lari, sepatu tenis, sepatu sepakbola, sepatu voli, dll. Berikut ini panduan bagi Anda yang ingin membeli sepatu lari, yang sesuai dengan karakter kaki.

Lari itu olahraga yang tertua, termurah, dan paling sederhana. Tidak seperti olahraga golf yang harus memerlukan bola dan tongkat pemukul, atau sepakbola yang harus mengumpulkan orang lebih dari sepuluh serta memerlukan bola dan gawang. Lari hanya bermodalkan sepatu, kendati ada yang cekeran saja. Tempat pun tak menjadi masalah, bisa di sela-sela rindangnya hutan sekitar taman kota atau di halaman rumah.

Akan tetapi, setiap mengayunkan kaki dan tumit menjejak tanah, beban yang harus disangga tumit berkisar 3 - 5 kali berat badan Anda. Itu kalau berat badan Anda normal, kalau overweight beban tumit tentu semakin berat. Selain berat badan, kerasnya benturan yang dialami tumit sangat dipengaruhi oleh kualitas sepatu dan jenis permukaan tanah yang diinjak. Untuk menghindari cedera akibat lari, disarankan berlari di atas rumput, bata tumbuk (gravel), atau tanah berpasir.

Dalam hal memilih sepatu, banyak pertimbangan yang harus Anda ambil. Terlebih saat ini hampir semua pabrik sepatu mengklaim produk-produknya sebagai produk high-tech. Beberapa saran berikut mungkin bisa membantu dalam memperoleh sepatu yang sesuai dengan karakter kaki.

Langkah 1: Belilah sepatu yang benar-benar bagus kualitasnya. Ini sangat penting terutama bagi para pemula untuk memberikan kenyamanan terhadap guncangan, pengendalian gerakan, kelenturan, dan ketahanan. Memang, sebagai pemula Anda mungkin hanya akan berlari beberapa kilometer. Untuk itu, dalam benak Anda berpikir, mengapa tidak pakai sepatu yang sudah ada, seperti sepatu tenis atau sepatu karet lainnya?

Sikap permisif seperti itu hanya menguntungkan untuk jangka pendek. Selain itu, sikap awal dalam bertindak sangat menentukan langkah di kemudian hari. Seandainya Anda mendapat cedera dalam latihan awal tersebut, siapa ai lengkung kaki normal, 25% berlengkung tinggi, dan sisanya berlengkung rendah.

Untuk mengetahui ketinggian lengkung kaki, lakukan "tes basah" (wet test). Basahi telapak kaki dan buatlah jejak pada permukaan yang rata dan kering. Hasilnya bisa dibandingkan dengan gambar.

Langkah 4: Belilah sepatu yang sesuai. Jenis kaki dan tingkatan pronasi menentukan ciri-ciri sepatu lari Anda. Sepatu lari pada umumnya diproduksi dalam tiga bentuk yang saling berhubungan dengan tiga jenis telapak kaki seperti pada gambar tes basah. Bentuk sepatu dengan mudah bisa dilihat dengan membalikkannya dan melihat dasarnya. Bentuk-bentuk yang ada sebagai berikut:

  1. Bentuk lurus (straight shape), baik untuk kaki datar (flat foot) atau mereka yang melakukan pronasi berlebihan (overpronator).
  2. Bentuk lengkung (curved shape), sesuai untuk kaki lengkung (high-arched foot) atau mereka yang berkecenderungan melakukan pronasi kurang (underpronator).
  3. Bentuk agak lengkung, cocok untuk kaki normal (normal foot) atau mereka yang berpronasi normal (normal pronator).

Bila Anda bertapak datar dan overpronator, sepatu yang dipilih harus membuat kaki tidak bergulir terlalu jauh ke dalam. Sepatu yang sesuai adalah sepatu kendali gerak (motion-control shoes). Banyak sepatu jenis ini berbentuk lurus yang memberikan topangan maksimum bagi kaki. Ciri lainnya, post atau footbridge yang antipronasi, midsole yang agak keras, dan heel counter yang kuat.

Bagi mereka yang berlengkung kaki tinggi dan underpronate, penyerapan guncangan menjadi berkurang. Sepatu yang empuk adalah solusinya karena membantu kaki dalam bergulir ke arah dalam sehingga menyerap guncangan yang terjadi. Carilah sepatu yang ber-midsole empuk dan berbentuk lengkung (curved shape).

Beruntunglah yang berkaki dan berpronasi normal karena tak perlu mencari sepatu yang khusus. Pusatkan saja perhatian pada ukuran yang pas dan nyaman. Carilah sepatu yang berada di antara tipe-tipe sepatu di atas. Umumnya sepatu jenis ini disebut stability shoes.

Langkah 5: Carilah sepatu di toko khusus bagi pelari. Di beberapa negara maju, toko sepatu khusus sudah biasa. Di Indonesia memang masih jarang. Namun ada beberapa toko sepatu yang bisa membantu dalam memilihkan sepatu yang cocok sesuai dengan anatomi kaki calon pembeli. Mereka juga terbuka untuk konsultasi masalah sepatu dan kaki.

Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum membeli sepatu:

  1. Berbelanjalah pada sore hari (late afternoon) saat kaki memiliki ukuran yang paling besar.
  2. Dalam mencoba sepatu, pakailah kaus kaki.
  3. Pastikan kedua kaki terukur. Banyak orang yang ukuran kaki kiri dan kanan berbeda. Sepatu harus dipaskan dengan ukuran kaki yang terbesar.

Selain hal-hal di atas, Anda perlu mempersiapkan jawaban beberapa pertanyaan berikut yang biasanya ditanyakan oleh pegawai toko sepatu:

  1. Sudah berapa lama Anda berolahraga lari?
  2. Berapa jarak yang biasa Anda tempuh?
  3. Di mana Anda lari?
  4. Berapakah berat badan Anda?
  5. Apakah Anda memahami istilah-istilah seperti tapak datar, overpronate, dan underpronate?

Jawaban-jawaban tersebut sangat membantu pegawai toko dalam memilih model sepatu yang sesuai dan nyaman bagi Anda.

Langkah 6: Pastikan sepatu Anda pas di kaki. Sepatu yang pas akan terasa nyaman tetapi tidak ketat. "Satu hal yang bisa mencelakakan adalah membeli sepatu yang kekecilan," kata Tom Brunick, direktur testing sepatu atletik toko sepatu Athlete Foot. Sepatu lari yang baik harus setengah atau satu ukuran lebih besar daripada sepatu sehari-hari Anda.

Pedoman berikut mungkin bisa membantu dalam menentukan pas tidaknya sepatu yang Anda pakai:

  1. Periksa apakah ada cukup ruangan di atas ujung jari kaki dalam sepatu Anda. Masukkan ibu jari ke dalam ujung sepatu dan harus pas berada di atas jari kaki yang terpanjang.
  2. Periksa apakah ada cukup ruang di kiri-kanan kaki Anda. Sepatu tidak boleh ketat, tapi kaki Anda juga tidak boleh terpeleset ke sana-kemari.
  3. Tumit Anda harus nyaman berada di bagian belakang sepatu dan tidak boleh tergelincir turun-naik ketika berjalan atau berlari.
  4. Sepatu harus memegang kaki dengan aman, tetapi tidak boleh menekan dengan ketat pada daerah kaki mana pun.

Jika semua sudah Anda pahami, mengapa tidak langsung segera pergi ke toko sepatu? Ikatlah tali sepatu Anda dan segeralah berlari meraih tubuh yang bugar!

*penulis adalah salah satu guru pengajar pendidikan jasmani di SMPN 4 Pasuruan, serta aktif di PENGDA PSSI JATIM selaku wasit PENGDA.

Program Latihan Tolak peluru

PROGRAM LATIHAN TOLAK PELURU

Oleh Iwan Buana, S. Pd*

Program latihan untuk tolak peluru secara khusus/latihan bulanan dan mingguan

Contoh latihan selama satu minggu pada masa persiapan tahap pertama bagi atlit pemula adalah sebagai berikut:

SENIN 1). Latihan pemanasan 15-20 menit

2). Lari cross-country seenaknya 4-5km

3). Weight training, 30menit

SELASA 1). Latihan pemanasan 15-20menit

2). Loncat tali dan senam lantai/senam perkakas(alat) 20menit

3). Weight training, 30menit

4). Latihan teknik melempar, 10menit

RABU 1). Latihan pemanasan 15-20menit

2). Lari cross-country seenaknya 4-5km

3). Latihan awalan tolak peluru, 10menit

4). Latihan teknik lemparan, 20menit

KAMIS 1). Latihan pemanasan 15-20menit

2). Loncat tali, 10menit

3). Weight training, 30menit

4). Senam pelemasan dan penguluran, 20menit

JUM”AT 1). Latihan pemanasan 15-20menit

2). Weight training, 30menit

3). Latihan teknik melempar dengan menggunakan beban, 15menit

SABTU Istirahat

MINGGU Circuit Training*Terlampir

Contoh diatas adalah sebagian kecil program latihan pada minggu awal selanjutnya pada minggu berikutnya dapat ditingkatkan.

SENIN 1. Latihan pemanasan 15-20menit

2. Weight training, dengan barbell untuk otot-otot yang penting bagi tolak peluru 15menit

3. Latihan teknik tolak peluru tanpa awalan, menggunakan setengah kekuatan, 25-30kali lemparan mengutamakan teknik tolakan peluru yang benar.

4. Ditutup dengan lari seenaknya 1-2 keliling lapangan sepak bola.

SELASA 1. Latihan pemanasan 14-20menit

2. Lari 100meter 4-5kali

3. Latihan teknik tolak peluru tanpa awalan 25-30kali

4. Lompat jauh dengan tanpa awalan 6kali lompatan

5. Lari keliling lapangan seenaknya

RABU 1. Latihan pemanasan 14-20menit

2. Weight training dengan katrol 15 menit

3. Tolak peluru tanpa awalan menggunakan tenaga 80%, 20kali

4. Melatih awalan tanpa melempar, 6kali:dengan melempar 6kali, tidak menggunakan tenaga penuh, cukup dengan setengah kekuatan sebenarnya. Ditutup dengan lari seenaknya keliling lapangan.

KAMIS 1. Latihan pemanasan 15-20menit

2. Start lari 100meter, 5kali

3. Tolak peluru tanpa awalan 10kali

4. Latihan awalan tanpa peluru, mengutamakan gerakan awalan yang benar 10kali

5. Tolak peluru dengan awalan, menggunakan setengah kekuatan 10kali

6. Lari seenaknya kaliling lapangan sekali

JUM”AT 1. Latihan pemanasan 15menit

2. Lari interval 100m, 5kali

3. Latihan teknik tolak peluru dengan awalan, 30kali mengutamakan kelancaran awalan

4. Weight Training dengan dumbbell untuk penguatan pergelangan tangan dan jari-jari, 10menit

SABTU Istirahat

MINGGU Pencatatan hasil tolak peluru

SENIN 1. Latihan pemanasan 15menit

2. Sprint 60meter 8kali

3. Diskusi dan perbaikan teknik, melakukan 15kali awalan tanpa peluru, 15kali tolak peluru dengan setengah kekuatan

4. Lari seenaknya keliling lapangan 2kali

SELASA 1. Latihan pemanasan 15menit

2. Latihan tolak peluru tanpa awalan 10kali, dengan awalan 20kali mengutamakan kelancaran dalam luncuran peluru

3. Lari seenaknya keliling lapangan

RABU 1. Latihan pemanasan 15menit

2. Latihan tolak peluru tanpa awalan 15kali, dengan awalan 20kali mengutamakan kelancaran dalam luncuran peluru yang ajeg, tempat jatuhnya peluru diberi tanda yang menjadi sasaran dalam tolakan atau jatuhnya peluru

3. Weight Training 15-20menit

4. Lari seenaknya keliling lapangan 2kali

KAMIS 1. Latihan pemanasan 15-20menit

2. Lari interval 100m, 5kali

3. Tolak peluru tanpa awalan 5kali

4. Tolak peluru dengan menggunakan tenaga penuh dengan acuan lemparan terjauh sebagai sasaran

5. Circuit training*

JUM’AT 1. Latihan pemanasan 15-20menit

2. Latihan tolak peluru tanpa awalan 10kali, dengan awalan 20kali mengutamakan kelancaran dalam luncuran peluru yang ajeg, menggunakan sasaran

3. Lari seenaknya keliling lapangan sekali

SABTU Istirahat

MINGGU Berlomba atau pencapaian prestasi

Catatan : pada latihan pemanasan dapat dilakukan latihan tambahan yaitu dengan menggunakan latihan push-up menggunakan jari-jari tangan bukan telapak tangan.

Latihan ini disesuaikan dengan kebutuhan atlit karena program ini akan berbeda dengan atlet yang lain. Setiap setelah melakukan latihan diberi jarak tenggang waktu untuk istirahat guna untuk mempersiapkan atlit untuk latihan yang lain. Setiap hari pengulangannya adalah satu kali melakukan latihan terserah pelatih atau atlit yang ingin latihan apakah sore atau pagi hari.

*penulis adalah salah satu guru pengajar pendidikan jasmani di SMPN 4 Pasuruan, serta aktif di PENGDA PSSI JATIM selaku wasit PENGDA.

Prinsip dasar Latihan

PRINSIP DASAR LATIHAN PENGKHUSUSAN/SPESIALISASI

Oleh: Iwan Buana, S. Pd*

Suatu program latihan kapanpun dirancang untuk kelompok otot tertentu yang terlibat dalam suatu kegiatan dan untuk intensitas dan lamanya kegiatan tersebut, tidak cukup untuk menghasilkan kekuatan dan daya tahan otot yang khusus diperlukan untuk menguasai keterampilan tersebut, maka hal ini haruslah didukung dengan spesifikasi keterampilan tersebut, maka hal ini haruslah didukung dengan spesifikasi keterampilan pada atlet. Karena dengan adanya spesifikasi dapat diketahui jenis latihan apa saja yang diperlukan yang sesuai dengan spesialisasi pada diri atlet.­­­­­­

Maka hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa seorang atlet yang mempunyai spesialisasi dibidang tertentu akan mengalami/mendapatkan hasil yang maksimal, karena latihan yang digunakan disesuaikan dengan cabang olahraga yang digemari/andalan atlet tersebut. Misal: pemain sepakbola yang dalam kondisi yang sangat baik, memiliki kondisi yang kurang baik bila si atlet disuruh bermain bola basket, meskipun kenyataan menunjukkan bahwa kedua kegiatan ini melibatkan kelompok otot yang pada umumnya sama. Didalam sepakbola latihan anggota gerak bagian bawah yang sangat diutamakan sedangkan dalam bola basket anggota gerak bagian atas yang dominan dilatih, jelas disini bahwa latihan harus mencakup otot-otot yang khusus, yang akan digunakan sesuai dengan spesialisasi cabang olah raga yang di lakukan oleh atlet.

Latihan yang menggunakan otot-otot tubuh bagian atas tidak akan dapat meningkatkan penampilan dalam kegiatan seperti lari,ataupun bersepeda yang mencakup otot-otot anggota tubuh bagian bawah (Paup, 1980 dalam Rohantoknam: 147-148:3).

Maka pelatih haruslah mengevaluasi atlet agar mengetahui spesialisasi atlet sehingga pelatih tidak akan melakukan kesalahan dalam melatih atlet dan latihan tersebut harus mengfokuskan/yang menunjang/ mendukung atlet tersebut untuk berprestasi sesuai dengan spesialisasi cabang olahraganya. Cabang olahraga tersebut harus didukung dengan latihan yang menunjang (otot-totot yang berperan dalam olahraga tersebut).


ADAPTASI HASIL LATIHAN (OLAHRAGA RENANG)

Manusia dalam gerak atau manusia berolahraga sering menunjukkan tingkahlaku khusus, yang berbeda dengan mereka yang tidak berolahraga. Dampak olahraga terhadap individu satu dengan lainnya sangatlah berbeda, hal ini terjadi karena adaptasi pada individu sangat beda. Adaptasi salah satunya adalah sifat kejiwaan terhadap cabang olahraga yang diminati misal dalam cabang renang dibutuhkan keuletan, daya tahan, semangat(motivasi), tidak mudah putus asa dsb.

Adaptasi terhadap sesama/sosiologik; dimana interaksi terhadap sesama atlet dapat digunakan sebagai bahan pembanding dengan dirinya dalam arti kemampuan yang dimiliki diri sendiri dibandingkan dengan kemampuan orang lain yang belum kita kenal sebelumnya. Maka tidak jarang seorang atlet melakukan kegiatan evaluasi atau bertanding dengan sesama tim renang dimana hasil yang dicapai digunakan untuk mengacu pada seleksi atlet yang terbaik guna untuk diturunkan pada even tertentu dan nomor tertentu.Adaptasi model latihan yang baru sistem latihan yang terencana dan terprogram sangat membantu terhadap atlet dalam mencapai prestasi setinggi-tingginya. Adaptasi terhadap lingkungan sekitar, Kugel (1982) menegaskan bahwa pelatih harus mengetahui secara garis besar apakah darim lingkungan sekitas ada orang-orang atau keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan rangsangan kuat terhadap karier atlet, atau sebaliknya yang dapat menimbulkan frustasi terhadap diri atlet.

Adaptasi terhadap bentuk atau anatomi tubuh misalnya tinggi badan pada saat sebelum melakukan latihan adalah 170 sedangkan setelah melakukan latihan bertambah menjadi 172, berat badan pada saat sebelum latihan adalah 70kg dan setelah melakukan latihan berat badan turun menjadi 68kg. Adaptasi terhadap skill atau teknik sebelunya yang belum pernah diterima baik model dari pemberiannya atau dari macam/ragam dan banyaknya porsi dalam latihan juga berpengaruh terhadap perkembangan skill atau teknik dari individu tersebut. Adaptasi terhadap kesegaran jasmani juga sangat berperan dalam hal ini, bila kesegaran jasmani sebelunya kurang maka setelah melakukan latihan menjadi bagus.



*Penulis adalah pengajar mata pelajaran Pendidikan Jasmani di SMPN 4 Pasuruan